Saat mendapatkan kebahagiaan, mungkin anda akan mengucap hamdalah
atau bahkan bersujud syukur. Dua kegiatan tersebut termasuk cara yang
lazim dilakukan dalam rangka bersyukur kepada Allah. Apakah hanya itu
cara yang bisa dilakukan? Tidak. Menurut Imam Al-Ghazali, terdapat 4
cara bersyukur pada Allah kepada Allah.
1. Syukur dengan Hati
Cara bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya
bahwa nikmat yang kita peroleh baik itu besar, kecil, banyak maupun
sedikit semata-mata karena anugerah Allah.
Syukur dengan hati dapat mengantarkan kita untuk menerima anugerah
dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu meskipun kecilnya nikmat
tersebut. Syukur ini akan melahirkan kesadaran betapa besarnya kemurahan
dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat pujian kepada-Nya.
2. Syukur dengan Lisan
Ketika kita sangat yakin bahwa segala nikmat yang diperoleh bersumber
dari Allah, dengan mudah kita akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala
puji bagi Allah). Oleh karena itu, apabila kita memperoleh nikmat dari
seseorang, lisan akan tetap memuji Allah sebab adanya keyakinan bahwa
orang lain adalah perantara sampainya nikmat tersebut pada kita.
3. Syukur dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan
kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
Misalnya untuk beribadah, membantu orang lain dari kesulitan, dan
perbuatan baik lainnya.
Rasulullah menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang
diberikan kepada hamba-Nya jika dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi)
Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang
menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya.
Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat,
sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan
mengajarkannya kepada sesama, memberi nasihat, dsb. Maksud menampakkan
di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur kepada-Nya.
4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu
dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan,
kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar
terhindar dari sakit.
Demikian pula halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib
menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan lemahnya iman. Untuk itu,
kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan shalat, membaca
Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa.
Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman.
Demikian sebaik-baiknya cara bersyukur pada Allah. Sudahkah Anda mensyukuri segala karunia-Nya hari ini?