10 Pertimbangan Saat
Menentukan Jurusan Kuliah
Sebelum
akhirnya menentukan jurusan apa yang akan diambil di universitas, sebagian
besar dari kita akan dihadapkan pada pilihan yang begitu dilematis. Mulai dari
apakah jurusan tersebut cukup menjanjikan jika dilihat dari segi ketersediaan
lapangan pekerjaan, sanggupkah kita menjalani tugas-tugas berat yang nantinya
akan diberikan, atau apakah jurusan yang diincar adalah jurusan yang cukup prestige
di mata orang lain.
Menentukan
jurusan di dunia perkuliahan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Berbagai pertimbangan dan alasan menjadi landasan berpikir sebelum menentukan
pilihan. Hal tersebut wajar, mengingat jurusan kita ambil nantinya sedikit
banyak pasti akan berpengaruh pada karir dan masa depan kita.
Namun
menurut Hipwee, ada beberapa alasan yang sebaiknya tidak kamu gunakan
untuk menentukan jurusan yang akan kamu ambil nantinya. Mau tahu apa saja
alasannya? Ini dia daftarnya!
1. Memilih Jurusan Dengan Alasan Kemudahan. Semisal,
Kamu Masuk Fakultas Humaniora Karena Menganggap Ilmunya Lebih Gampang Dibanding
Fakultas Teknik dan MIPA
Komunikasi:
Image Jurusan yang fun dan ringan hanya berlaku di awal
Tak sedikit
darimu yang mungkin memilih jurusan berdasar alasan kemudahan. Melihat
kakak-kakak angkatan yang tenggelam dalam tumpukan tugas membuatmu
bercita-cita,
“Cari kuliah
yang nggak banyak praktikum ah, yang bisa pulang cepat, gak banyak tugas, dan
nilainya gampang!”
(kalau gini
ya gak usah kuliah kali Brooo)
Alhasil kamu
yang di SMA mengambil jurusan IPA pun memilih banting setir ke jurusan Humaniora.
Jurusan Komunikasi, HI, Hukum, dan Sosiologi jadi pilihan utamamu dalam memilih
jurusan. Pikirmu jurusan-jurusan tersebut proses kuliahnya menyenangkan, tak
perlu banyak membutuhkan analisis sehingga bisa dijalani dengan santai.
Padahal
Jurusan Komunikasi pun tak bisa dijalani secara hore-hore seperti bayanganmu.
Bikin film, bergelut dengan kelas fotografi, atau syuting iklan semakin membuat
jurusan ini terlihat begitu fun dan ringan. Tapi namanya juga kuliah,
semua tentu perlu dijalani dengan sistematis dan dalam koridor kognitif yang
benar.
“Kuliah
Komunikasi itu nggak gampang tau. Teori yang harus dipelajari banyak, tiap
teori juga punya cabang asumsi yang nggak kalah banyak. Bikin film itu juga
capek. Harus bikin ide, bikin story board, proses syutingnya pun panjang.
Setelah kuliah komunikasi aku jadi sadar kalau berkomunikasi itu nggak
segampang yang aku kira.”
Aturan yang
sama berlaku bagi jurusan di Fakultas Humaniora lainnya. Beban tugasnya pun
sama beratnya, begadangnya pun tak kalah beda dengan jurusan Teknik yang selama
ini terkenal susahnya.
2. Atau Memilih Jurusan Berdasar Standar
Kekerenan. Masuk Jurusan Pendidikan Dokter Karena Dianggap Bergengsi dan
Menawarkan Gaji Tinggi
Masuk
Jurusan Kedokteran karena keren? Kamu salah…
Jurusan
Pendidikan Dokter menjadi salah satu jurusan yang peminatnya tak pernah sepi.
Setiap tahun ajaran baru ribuan bahkan ratusan ribu orang berlomba mencoba
keberuntungan agar bisa diterima di jurusan yang termasuk salah satu paling
bergengsi di negeri ini. Tapi apakah benar kuliah di Jurusan Pendidikan Dokter
memang bergengsi dan menawarkan gaji tinggi?
Hehe, tunggu
dulu…perjalanan menjadi dokter tidaklah semudah yang kamu kira. Pertama kamu
perlu menyelesaikan kuliah selama kurang lebih 4 tahun untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran. Setelah itu kamu perlu masuk ke dunia Ko-ass yang
menantang. Lulus Ko-ass barulah kamu bisa mengikuti sumpah dokter dan
mendapatkan gelar dr. di depan namamu.
Perjuangan
selesai? Tunggu dulu! Masih ada UKDI, internship, masa jadi residen, sampai
ambil sub-spesialis. Yah, kira-kira beginilah gambarannya:
Yakin masih
mau jadi dokter?
“Meniti
karir sebagai dokter dari tahap bawah sampai tahap atas itu membutuhkan waktu
kira-kira…….Ummm saya aja nyerah ngitungnya.”
Kalau kamu
memang ingin masuk Jurusan Kedokteran pastikan kamu memang ingin mengabdi dan
tak keberatan mendedikasikan hidup untuk belajar saban hari. Ini bukan tentang
gengsi atau gaji tinggi (hey, dokter internship pun mendapat
gaji yang tak seberapa loh!) melainkan tentang bagaimana kamu mau
mendedikasikan hidupmu untuk sesuatu yang lebih berarti.
3. Karena Takut Kesepian dan Merasa Paling
Tertinggal Kamu pun Memilih Masuk Jurusan yang Sama Dengan Teman-teman
Jurusan
kuliah pun nyontek punya teman
Mungkin
semasa SMA dulu kamu belum memiliki ketertarikan yang spesifik terhadap suatu
hal. Apakah itu sesuatu yang berhubungan dengan seni, hukum, atau ekonomi.
Tidak ada satu bidang pun yang berhasil menarik perhatianmu. Situasi ini membuat
kamu merasa bingung ingin mengambil jurusan apa untuk di pelajari di bangku
kuliah nanti.
Sementara
itu di sisi lain teman-temanmu sudah memiliki pilihannya sendiri dan bahkan
sudah sibuk daftar sana-sini. Kondisi tersebut membuat kamu kebakaran jenggot
dan dengan terburu-buru ikutan mendaftar. Parahnya kamu mendaftarkan diri di
jurusan yang bukan saja tidak kamu minati tapi juga tidak kamu ketahui
seluk-beluknya seperti apa. Aksi “mencontek” jurusan teman pun dilakukan dengan
pertimbangan yang minim. Setelah berkuliah barulah kamu tahu bahwa jurusan
tersebut tidak kamu sukai.
4.
Iming-Iming Pendapatan Besar Lulusannya Membuatmu Tergoda Untuk Mengambil
Jurusan Teknik. Padahal Gaji Besar di Ranah Teknik Juga Tak Bisa Didapatkan
Semudah Menjentikkan Jari
Gajimu akan
disesuaikan dengan skill
Kamu punya
ekspetasi besar terhadap gaji di dunia pekerjaan nantinya. Maka dari itu ketika
memilih jurusan apa yang akan diambil, pilihan pun jatuh pada jurusan-jurusan
yang menjanjikan gaji besar untuk para lulusannya. Maka wajar saja jika Jurusan
Teknik adalah jurusan yang dianggap sebagai “lahan basah” bagi banyak lulusan
SMA yang cita-cita hidupnya ingin kaya.
Ada 2
kenyataan yang harus kamu pertimbangkan jika memutuskan masuk ke jurusan
Teknik:
- Kini perusahaan sudah makin
terbuka terhadap latar belakang pendidikan para pelamar. Bahkan lulusan
sosio-humaniora pun bisa masuk ke perusahaan kontraktor atau pertambangan
(tentunya tidak ditempatkan di off-shore site atau sebagai
eksekutor di lapangan) namun ini menunjukkan bahwa kini jurusan apapaun
punya kesempatan untuk mendapatkan gaji besar.
- Gaji tinggi sebagai lulusan
jurusan teknik tak serta merta akan kamu dapatkan. Ada proses training,
OJT, hingga perlu meniti karir dari level bawah seperti dalam pekerjaan-pekerjaan
lainnya. Belum lagi konsekuensi dari pekerjaan ini yang mengharuskanmu
berpisah dari keluarga dalam jangka waktu lama.
Jika sudah
begini sesungguhnya tak ada yang menjamin masa depan gaji seseorang. Oke lah
jurusan kuliah bisa menentukan, tapi di akhir nanti semua akan bergantung pada
keuletanmu sebagai pribadi.
5.
Ilmu Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Kamu Anggap Sebagai Jurusan yang
Daya Serap Lulusannya Paling Tinggi. Padahal Kenyataannya Tak Selalu Semanis
Impian….
Persaingan
yang berat antar sesama lulusan fak akuntasi
Dalam
pemikiranmu:
Perusahaan
mana sih yang hari gini gak butuh jasa akuntan?
Karena
berpikir bahwa setiap perusahaan pasti membutuhkan jasa seorang akuntan, kamu
pun memutuskan masuk ke Jurusan Akuntansi di sebuah universitas ternama.
Setelah kuliah kurang lebih selama 4 tahun, angan-angan untuk segera mendapat
pekerjaan karena merasa jurusanmu cukup dibutuhkan seolah menggantung di depan
mata.
Akan tetapi
setelah lulus kamu akhirnya tahu bahwa lulusan jurusan akuntansi jumlahnya
sangat banyak. Mirisnya, kemampuan perusahaan untuk menyerap lulusan jurusan
akuntansi tak sebanyak itu. Realita sulitnya mencari pekerjaan baru dibuktikan
setelah ijasah telah berada di dekapanmu. Meskipun jurusanmu termasuk jurusan yang
cukup populer kamu tetap harus kerja keras untuk mendapat pekerjaan.
6. Masuk Jurusan Tertentu Karena Merasa Itu Sudah
Tradisi Keluarga: Mulai Dari Kakek Sampai Cucu Generasi Ketiga, Semuanya Jadi
Pengacara
Angan-angan
untuk menjadi komikus terkenal sebenarnya sudah masuk ke dalam daftar rencana
hidup jangka panjangmu. Berbagai piagam penghargaan lomba menggambar pun
berjejer rapih di dalam lemari pajang di kamar. Namun ketika mengisi formulir
jurusan universitas, kamu mengisi jurusan hukum dan bukan seni rupa atau desain
komunikasi visual. Lah kok gitu:
Ya habis mau
gimana lagi, papaku nyuruhnya gitu. Katanya sudah jadi tradisi keluarga
Kamu yang
adalah anak pengacara sukses pun digadang-gadang untuk meneruskan biro
konsultan hukum keluarga yang sudah terun temurun. Padahal jika boleh jujur
menganalisa berkas acara hukum, berdebat dengan hakim, bahkan sampai mengirim
orang ke penjara tak pernah ada dalam bayanganmu.
7. Takut Dianggap Tak Sesuai Jenis Kelamin Kamu Urung
Mengambil Jurusan Tata Boga Atau Tata Busana. Oh Please, Hari
Gini Ketakutan Macam Ini Masih Dipertahankan?
Kamu adalah
pria yang punya selera oke soal dunia masak memasak. Bahkan tak jarang jika
akhir minggu tiba, kamu senang sekali bergelut di dapur dan menghasilkan
masakan-masakan istimewa. Tapi ketika ingin masuk Jurusan Tata Boga, ada
pemikiran bahwa memasak itu identik dengan perempuan. Sebenarnya pemikiran
tersebut bisa saja datang dari kamu ataupun orang lain. Mungkin percakapannya
bisa jadi seperti ini:
Teman: Lo
jadinya mau masuk jurusan apa bro?
Kamu: Pengen
perhotelan nih, tapi bagian tata boganya…
Teman:
Hahaha, mau jadi ibu rumah tangga?
Kamu:
…………………..
Atau bisa
juga gini
Kamu: Eh gue
jadinya ngambil jurusan manajemen nih
Teman: Gak
jadi masuk tata boga? Bukannya lo suka masak ya?
Kamu: Enggak
ah, nanti dikira kayak perempuan lagi
Padahal
jurusan apapun yang diambil tidak akan mempengaruhi sisi maskulinitas atau
feminitasmu. Begitu juga dengan perempuan yang tertarik dengan jurusan
perminyakan. Tak perlu takut dikira gahar karena jurusan favoritmu biasanya
akan didominasi oleh kaum lelaki. Memilih jurusan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan serta minatmu dan bukan berdasar streotype yang berlaku.
8. Asal Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Kamu Tak
Peduli. Apapun Jurusan yang Menerimamu Akan Kamu Jalani
Ibu: “Besok
kalau kuliah di UI aja ya Nak. Kalau kuliah di UI nanti lebih gampang diterima
masuk kerja.”
Kamu: “Tapi
Kakak pengen kuliah Kedokteran, Bu. Susah banget masuk Kedokteran UI…”
Ibu: “Ya
nanti pilihan pertama Kedokteran, pilihan kedua yang passing
grade nya rendah aja. Biar tetap UI..”
Entah
bagaimana anggapan bahwa almamater kuliah akan menentukan kelancaran karir ini
bisa berkembang. Padahal sekarang kenyataannya banyak kok Universitas Swasta
yang tak kalah berkualitasnya dengan universitas negeri. Semua kembali lagi
pada kamu yang menjalani — sekuat apa kamu mau berusaha untuk mengejar mimpi.
Jika memang
ingin mengambil jurusan tertentu yang sulit dimasuki di universitas negeri
karena persaingannya yang sangat ketat, tak perlu ragu mengambilnya di
Universitas Swasta. Yakinlah passion-mu jauh lebih berharga dari sebuah
ijazah berembel-embel “Negeri.”
8. Jangan
Pernah Merasa Harus Kuliah Hanya Karena Semua Orang di Sekelilingmu
Melakukannya. Nyatanya, Jalan dan Pilihan Hidup Orang Itu Berbeda
Ada banyak
orang yang sejak masih duduk di bangku SMA sebenarnya sudah menyadari bahwa
dirinya tak memiliki ketertarikan akan dunia pendidikan. Membuat usaha dan
mengembangkan usaha tersebut adalah mimpi yang tak pernah absen dalam
pikiranmu. Namun karena rata-rata temanmu di SMA melanjutkan ke universitas,
akhirnya kamu pun ikutan mendaftarkan diri.
Setelah
mulai kuliah kamu pun semakin menyadari bahwa dunia tersebut benar-benar tak
menarik untuk digeluti. Kondisi ini membuat kamu merasa stres selama proses
perkuliahan. Jika ini yang terjadi kamu sebenarnya hanya menyia-nyiakan waktu
yang seharusnya bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih berarti.
Kalau memang
nggak mau kuliah ya be fair, jangan ongkang-ongkang saja di rumah
dan malah menyusahkan orangtua. Cari kerja dan wujudkan semua rencana yang kamu
yakini bisa tercapai tanpa harus melalui pendidikan formal. Tapi ini bukan
berarti Hipwee mengajari untuk tidak kuliah, ya. Nukilan
ucapan Menteri Susi layak dikutip di sini sebagai bahan renungan,
“Kalau tidak
punya pendidikan macam saya (yang cuma lulusan SMP) kamu harus kerja 3 kali
lebih keras untuk bisa sampai ke posisi saya sekarang. Pendidikan itu tetap
perlu.”
10. Kamu Batal Masuk Jurusan Sastra,
Arkeologi, Krimonologi, Ilmu Matematika Murni, dan Jurusan Lain yang
Dianggap Tidak Begitu Bergengsi Karena Takut Tidak Dapat Pekerjaan. Hey,
Semakin Spesifik Ilmumu Kesempatan Kerja Justru Besar!
Jangan takut
masuk jurusan apapun yang paling sesuai kata hati
Teman: “Mau
masuk jurusan apa nanti?”
Kamu:
“Sastra Arab.”
Teman: “Mau
jadi apa lo? Ustadz?”
Kamu:
“Diplomat.”
Teman:
“Heee? Mana bisaaa? Ngimpi lu! Kalau mau jadi diplomat ya masuk HI tau, kok
Sastra?”
Kamu: *nari
macarena dalam hati*
Jurusan-jurusan
yang (dianggap) tidak begitu bergengsi biasanya sepi peminat karena calon
pelamarnya takut tidak punya masa depan setelah lulus nanti. Padahal kenyataan
di dunia kerja tak sehitam-putih bayanganmu saat ini lho. Kamu yang lulusan
sastra BISA BANGET masuk ke Kementerian Luar Negeri untuk berkarir sebagai diplomat.
Kemampuan berbahasa dan pengetahuanmu atas kebudayaan negara tersebut akan jadi
bekal yang sangat berarti.
Begitu pun
jurusan Kriminologi. Dengan gelar Kriminologimu kamu bisa mendaftar jadi
wartawan khusus kolom kriminal yang bisa punya karir profesional. Jika wartawan
lain hanya bisa melaporkan sebuah kejadian lewat gambaran visual saja kamu bisa
menuliskan beritamu dengan pendekatan yang lebih ilmiah, dengan mengamati pola
percikan darah. Jika ini ditekuni dan didukung dengan kemampuan jurnalistik yang
mumpuni pekerjaan sebagai wartawan kriminal dan perang internasional amat
mungkin kamu jalani.
Jangan
pernah percaya bahwa jurusan kuliahmu tak punya masa depan. Jika kamu excellent di
bidang itu kesempatan kerjalah yang akan dengan senang hati mendatangimu.
Saat memilih
jurusan apa yang hendak kamu ambil, sebaiknya tutup telinga dari omongan orang
di luaran. Dasarkan pilihan tersebut pada minat dan bakatmu.
Ketika kamu
masuk ke jurusan yang memang kamu inginkan, kamu akan memiliki energi penuh
untuk menjalani proses tersebut dengan keseriusan. Keseriusan inilah yang
sebenarnya akan mengantarkanmu pada keberhasilan yang kamu idam-idamkan. Semoga
kamu sukses, ya!
sunber :http://www.hipwee.com/motivasi/10-alasan-yang-sebaiknya-tak-kamu-gunakan-saat-menentukan-jurusan-di-dunia-kuliah/