1.
Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia” halaman 86-194.
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
2.
Ciri-Ciri Kelas Kata
2.1. Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya :
jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).
2.2.
Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan
alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata
kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
– awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
– awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
– awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
– awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
– awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
3.
Ciri-Ciri Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
– saya
– Aku ku
– Kami
– Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’
(saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
– Kamu
– Engkau
– Anda
– Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya
sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
– Ia
– Dia
– – nya
– Beliau
– Mereka
– Mendiang
– Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia
= Hasan)
4. Ciri-Ciri Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat
dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
– indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
– Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang
sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan
indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau
berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka
kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat,
seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali
5.
Ciri-Ciri Kata Sapaan.
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan
kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)
Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
6.
Ciri-Ciri Kata Penunjuk
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan
si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh :
Itu si Unyil, mobil itu di jual.
7.
Ciri-Ciri Kata Bilangan
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
8.
Ciri-Ciri Kata Penyangkal
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
– Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
– Tiada, didaerah itu tiada air
– Bukan, ini bukan mangga.
– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
9.
Ciri-Ciri Kata Depan
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa
dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
10.
Ciri-Ciri Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat
dengan kalimat. Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan,
selanjutnya, adalah dan lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga,
sesudah dan lain-lain.
11.
Ciri-Ciri Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak
menerangkan keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya,
agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali,
jarang.
12
. Ciri-Ciri Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan.
Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila,
bilamana.
13.
Ciri-Ciri Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena
kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan
hah.
– Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya
ampun.
– Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
14.
Ciri-Ciri Kata Sandang
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama
diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
15.
Ciri-Ciri Kata Partikel
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per 1 April.
KATEGORI
MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Bahasa
Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia
banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri
dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem
tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori
morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna
gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede
morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara
sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi.
Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna
leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi
menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya
tetap seperti pada kata pangkalnya.
Kategori
Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:
1.
Kelas Nomina
Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi
sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem
morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1)
mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi
didahului oleh kata di, ke, dari, pada.
Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni
nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni
nomina yang terbentuk dari verba.
a. Nomina Murni
Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan
(polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut
nomina denominal.
Ø Nomina Dasar
Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:
Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring,
plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung,
kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang,
tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,
Ø Nomina Denominal
Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori
morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar,
yakni:
Ø Kategori D-an.’
Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang
tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,
Ø Kategori D-an”
Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan
Ø Kategori se-D
Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara
Ø Kategori D-D1-an
Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan
Ø Kategori per-D-an’
Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian
Ø Kategori ke-D-an’
Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan
Ø Kategori pcng-D-an
Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman
b.
Nomina Transposisi
Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata
2. Kelas Verba
Untuk menentukan suatu kata termasuk verba, digunakan valensi sintaktis karena
perangkat kategori pembangun kerangka sisteni morfologi verba itu ditandai oleh
valensi sintaktis yang sama, yaitu mempunya; potensi berkomhinasi dengan kata:
tidak, sudah, sedang, akan, baru, telah, belum, mau, hendak,
Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba
yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang
terbentuk dari nomina, (3) verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan
adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba yang terbentuk dari numeralia, dan
(5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari pronomina.
a.
Verba Murni
Verba murni terdiri dari verba dasar (monomorfemis) dan verba tur.
(polimorfemis). Verba turunan yang terbentuk dan kata-kata verba disebut verba
diverbal.
Ø Verba Dasar
Verba murni, berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada yaitu: ada, bangkit,
pergi, puasa, pulang, balik, makan, mampir, datang, ucap, ubah, turun, tinggal,
terima, singgah ,aman ,
Ø Verba Deverbal
Verba deverbal yang ditemukan pada data, terdiri dari beberapa kategori
morfologis, yaitu:
1) Kategori di-D
Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan disengaja berfokus sasaran”. Contoh:
diangkat, à verba 1
2) Kategori ter-D”
Kategori ini menyatakan makna “dapat di’.
Contoh: tersenyum à verb 1
3) Kategori meng-D
Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.
Contoh: menyeret, menempel, menukar, mengangguk,memakai, menuju, meniru,
mengangkat, memakai à verba 1
4) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini menyatakan makna ‘lokatif.
Contoh: menyikapi, mempunyai à verba
5) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini menyatakan makna ‘benefaktif/direktif
Contoh: meneruskan, menyilakan, menyebabkan à verba 1
6) Kategori ber-D-an
Kategori ini menyatakan makna ‘malakukan perbuatan berlangsung lama, bisa
sendiri atau dengan orang lain’.
Contoh: berpandangan à verba 2
7) Kategori ber-D
Kategoii ini menyatakan makna ‘tindakan bcrlangsung lama’.
Contoh: berakhir, berada, berteduh à verba 2,
Kategori meng-D
Kategori ini menyatakan makna ‘proses/keadaan’.
Contoh: melompatà verba 2
b. Verba Transposisi
Verba Denominal
Verba denominal yang ditemukan pada data meliputi enam kategori
morfologis,yaitu.
1) Kategori meng-D
Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D melalui derivasi zero
sehingga terbentuk verba kategori D yang menyatakan makna ‘tindakan yang
disengaja berfokus pelaku’.
Contoh: menutup, meningkat à verba I
2) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini berasal dari nomina kategon D kemudian dMenvasikan verba kategori
D-i yang maknanya ‘lokatif. Contoh. menangani à verba 2
3) Kategori di-(D-i)
Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudiun diderivasikan menjadi
verba kategori D-i yang mempunyai makna ‘kausatif.
Contoh: ditandatangani à verba 2
4) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi
verba kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: rnerupakan à verba 2
5). Kategori di-(D-kan)
Kategori berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba
kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: disebutkan, dimanfaatkan, disimpulkan, dilaksanakan, dilakukan à verba
2
6) Kategori ber-D
Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D dan menyatakan makna
‘tindakan berlangsung lama’.
Contoh: bertekad àverba 2
Ø Verba Deadjektival
Verba
deadjektival yang ditemukan pada data, meliputi dim macam kategori morfologis,
yaitu:
1) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemudian diderivasikan menjadi
verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: menjiwai, menghargai, menanggapi à verba 2
2) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemuadian diderivasikan menjadi
verba kategori D-kan, yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: melaksanakan menyenangkan, melanjutkan à verba 2
Ø Verba Demimeral
Dari data hanya ditemukan salu kalegori morfologis verba denumeral, yaitu
kategori meng-D, yang diderivasikan dari numeralia bentuk dasar yang menyatakan
makna ‘proses/keadaan’.
Contoh: menyeluruh -» verba 2
Ø Verba Depronominal
Dari data hanya ditemukan satu kategori morfologis verba depronominal, yaitu
kategori meng-(D-i), yang berasal dari pronomina bentuk dasar kemudian
diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘repetitif.
Contoh: mengakui —>• verba 1
3.
Kelas Adjektiva
Untuk
menentukan suatu kata termasuk adjektiva, digunakan valensi sintaktis karena
perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adjektiva itu
ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu mempunyai potensi berkombinasi
dengan kata: sangat, agak, paling, amat, sekali,
Kelas adjektiva yang ditemukan pada data hanya satu kategori morfologis, yaitu
berupa adjektiva bentuk dasar yang terdiri dari:
Contoh: apes, aman, akrab, takut, basah, banyak, baik, bodoh, cukup, kerdil,
salam, suka, sudah, tersinggung, berwibawa, terlalu, spona, serius, sering,
cantik, tenang,
4.
Kelas Numeralia
Untuk menentukan suatu kata lermasuk numeralia, digunakan valensi sintaktis
karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologis
numeralia itu ditandai oleh valensi: sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung
dengan nomina.
Kelas numeralia yang ditemukan pada data hanya ada satu macam yaitu nrmeralia
murni. Adapun yang dimaksud numeralia murni adalah numeralia yang tidak berasal
dari kelas kata lain. Numeralia murni ini terdiri dari numeralia dasar
monomorfemis) dan numeralia tunman (polimortemis). Numeralia turunan yang
terbentuk dari kata-kata numeralia disebut niimeralia denumeral.
a. Numeralia Dasar
Numeralia murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada dua macam, yaitu:
Contoh: sebuah, sederet, dua, tujuh, sembilan, setiap, seorang,
b. Numeralia Denumeral
Numeralia denumeral tidak ditemuka pada data kartu kata,
5.
Kelas Adverbia
Untuk menentukan suatu kata termasuk adverbia, digunakan valensi sintaktis
karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi
adverbia itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung
dengan verba.
Kelas adverbia yang ditemukan pada data hanya ada satu kategori morfologis,
yaitu berupa adverbia bentuk dasar yang terdiri dari:
Contoh: tak, telah, akan, baru, sudah, sedang, saja, juga,
6.
Kelas Pronomina
Pronomina yang ditemukan pada data meliputi tiga macam, yaitu:
a. Pronomina persona:
Contoh aku, suya,, anda, mereka.
b. Pronomina penunjuk:
Contoh: itu, adalah
c. Pronomina penanya:
Contoh: bila, kapan.
7.
KataTugas
Dari
data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi:
1. Preposisi:
Contoh: pada, kepada, di, terhadap, oleh karena.
Konjungsi:
Contoh: lalu, serta, yang, bahkan, sebelum, kulau, karena, tetapi, muku,
ketika. kemudian, scakan-akan.
1.
Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia” halaman 86-194.
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
2.
Ciri-Ciri Kelas Kata
2.1. Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya :
jalan (yang bagus), pemuda (yang sangat rajin).
2.2.
Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan
alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata
kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
– awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
– awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
– awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
– awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
– awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
– awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
– awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
3.
Ciri-Ciri Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
– saya
– Aku ku
– Kami
– Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’
(saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
– Kamu
– Engkau
– Anda
– Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya
sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
– Ia
– Dia
– – nya
– Beliau
– Mereka
– Mendiang
– Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia
= Hasan)
4. Ciri-Ciri Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat
dibentuk menjadi kata yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
– indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
– Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang
sifatnya, misalnya besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan
indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau
berada dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka
kata benda. Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat,
seperti : anak itu nakal, adikku gemuk sekali
5.
Ciri-Ciri Kata Sapaan.
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan
kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)
Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
6.
Ciri-Ciri Kata Penunjuk
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan
si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh :
Itu si Unyil, mobil itu di jual.
7.
Ciri-Ciri Kata Bilangan
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
8.
Ciri-Ciri Kata Penyangkal
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
– Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
– Tiada, didaerah itu tiada air
– Bukan, ini bukan mangga.
– Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
9.
Ciri-Ciri Kata Depan
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa
dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
10.
Ciri-Ciri Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat
dengan kalimat. Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan,
selanjutnya, adalah dan lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga,
sesudah dan lain-lain.
11.
Ciri-Ciri Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak
menerangkan keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya,
agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali,
jarang.
12
. Ciri-Ciri Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan.
Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila,
bilamana.
13.
Ciri-Ciri Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena
kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan
hah.
– Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya
ampun.
– Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
14.
Ciri-Ciri Kata Sandang
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama
diri, kata perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
15.
Ciri-Ciri Kata Partikel
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per 1 April.
KATEGORI
MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Bahasa
Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia
banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri
dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem
tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori
morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna
gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede
morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara
sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi.
Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna
leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi
menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya
tetap seperti pada kata pangkalnya.
Kategori
Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:
1.
Kelas Nomina
Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi
sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem
morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1)
mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi
didahului oleh kata di, ke, dari, pada.
Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni
nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni
nomina yang terbentuk dari verba.
a. Nomina Murni
Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan
(polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut
nomina denominal.
Ø Nomina Dasar
Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:
Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring,
plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung,
kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang,
tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,
Ø Nomina Denominal
Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori
morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar,
yakni:
Ø Kategori D-an.’
Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang
tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,
Ø Kategori D-an”
Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan
Ø Kategori se-D
Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara
Ø Kategori D-D1-an
Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan
Ø Kategori per-D-an’
Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian
Ø Kategori ke-D-an’
Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan
Ø Kategori pcng-D-an
Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman
b.
Nomina Transposisi
Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata
2. Kelas Verba
Untuk menentukan suatu kata termasuk verba, digunakan valensi sintaktis karena
perangkat kategori pembangun kerangka sisteni morfologi verba itu ditandai oleh
valensi sintaktis yang sama, yaitu mempunya; potensi berkomhinasi dengan kata:
tidak, sudah, sedang, akan, baru, telah, belum, mau, hendak,
Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba
yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang
terbentuk dari nomina, (3) verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan
adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba yang terbentuk dari numeralia, dan
(5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari pronomina.
a.
Verba Murni
Verba murni terdiri dari verba dasar (monomorfemis) dan verba tur.
(polimorfemis). Verba turunan yang terbentuk dan kata-kata verba disebut verba
diverbal.
Ø Verba Dasar
Verba murni, berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada yaitu: ada, bangkit,
pergi, puasa, pulang, balik, makan, mampir, datang, ucap, ubah, turun, tinggal,
terima, singgah ,aman ,
Ø Verba Deverbal
Verba deverbal yang ditemukan pada data, terdiri dari beberapa kategori
morfologis, yaitu:
1) Kategori di-D
Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan disengaja berfokus sasaran”. Contoh:
diangkat, à verba 1
2) Kategori ter-D”
Kategori ini menyatakan makna “dapat di’.
Contoh: tersenyum à verb 1
3) Kategori meng-D
Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.
Contoh: menyeret, menempel, menukar, mengangguk,memakai, menuju, meniru,
mengangkat, memakai à verba 1
4) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini menyatakan makna ‘lokatif.
Contoh: menyikapi, mempunyai à verba
5) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini menyatakan makna ‘benefaktif/direktif
Contoh: meneruskan, menyilakan, menyebabkan à verba 1
6) Kategori ber-D-an
Kategori ini menyatakan makna ‘malakukan perbuatan berlangsung lama, bisa
sendiri atau dengan orang lain’.
Contoh: berpandangan à verba 2
7) Kategori ber-D
Kategoii ini menyatakan makna ‘tindakan bcrlangsung lama’.
Contoh: berakhir, berada, berteduh à verba 2,
Kategori meng-D
Kategori ini menyatakan makna ‘proses/keadaan’.
Contoh: melompatà verba 2
b. Verba Transposisi
Verba Denominal
Verba denominal yang ditemukan pada data meliputi enam kategori
morfologis,yaitu.
1) Kategori meng-D
Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D melalui derivasi zero
sehingga terbentuk verba kategori D yang menyatakan makna ‘tindakan yang
disengaja berfokus pelaku’.
Contoh: menutup, meningkat à verba I
2) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini berasal dari nomina kategon D kemudian dMenvasikan verba kategori
D-i yang maknanya ‘lokatif. Contoh. menangani à verba 2
3) Kategori di-(D-i)
Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudiun diderivasikan menjadi
verba kategori D-i yang mempunyai makna ‘kausatif.
Contoh: ditandatangani à verba 2
4) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi
verba kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: rnerupakan à verba 2
5). Kategori di-(D-kan)
Kategori berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba
kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: disebutkan, dimanfaatkan, disimpulkan, dilaksanakan, dilakukan à verba
2
6) Kategori ber-D
Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D dan menyatakan makna
‘tindakan berlangsung lama’.
Contoh: bertekad àverba 2
Ø Verba Deadjektival
Verba
deadjektival yang ditemukan pada data, meliputi dim macam kategori morfologis,
yaitu:
1) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemudian diderivasikan menjadi
verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: menjiwai, menghargai, menanggapi à verba 2
2) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemuadian diderivasikan menjadi
verba kategori D-kan, yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: melaksanakan menyenangkan, melanjutkan à verba 2
Ø Verba Demimeral
Dari data hanya ditemukan salu kalegori morfologis verba denumeral, yaitu
kategori meng-D, yang diderivasikan dari numeralia bentuk dasar yang menyatakan
makna ‘proses/keadaan’.
Contoh: menyeluruh -» verba 2
Ø Verba Depronominal
Dari data hanya ditemukan satu kategori morfologis verba depronominal, yaitu
kategori meng-(D-i), yang berasal dari pronomina bentuk dasar kemudian
diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘repetitif.
Contoh: mengakui —>• verba 1
3.
Kelas Adjektiva
Untuk
menentukan suatu kata termasuk adjektiva, digunakan valensi sintaktis karena
perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adjektiva itu
ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu mempunyai potensi berkombinasi
dengan kata: sangat, agak, paling, amat, sekali,
Kelas adjektiva yang ditemukan pada data hanya satu kategori morfologis, yaitu
berupa adjektiva bentuk dasar yang terdiri dari:
Contoh: apes, aman, akrab, takut, basah, banyak, baik, bodoh, cukup, kerdil,
salam, suka, sudah, tersinggung, berwibawa, terlalu, spona, serius, sering,
cantik, tenang,
4.
Kelas Numeralia
Untuk menentukan suatu kata lermasuk numeralia, digunakan valensi sintaktis
karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologis
numeralia itu ditandai oleh valensi: sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung
dengan nomina.
Kelas numeralia yang ditemukan pada data hanya ada satu macam yaitu nrmeralia
murni. Adapun yang dimaksud numeralia murni adalah numeralia yang tidak berasal
dari kelas kata lain. Numeralia murni ini terdiri dari numeralia dasar
monomorfemis) dan numeralia tunman (polimortemis). Numeralia turunan yang
terbentuk dari kata-kata numeralia disebut niimeralia denumeral.
a. Numeralia Dasar
Numeralia murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada dua macam, yaitu:
Contoh: sebuah, sederet, dua, tujuh, sembilan, setiap, seorang,
b. Numeralia Denumeral
Numeralia denumeral tidak ditemuka pada data kartu kata,
5.
Kelas Adverbia
Untuk menentukan suatu kata termasuk adverbia, digunakan valensi sintaktis
karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi
adverbia itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung
dengan verba.
Kelas adverbia yang ditemukan pada data hanya ada satu kategori morfologis,
yaitu berupa adverbia bentuk dasar yang terdiri dari:
Contoh: tak, telah, akan, baru, sudah, sedang, saja, juga,
6.
Kelas Pronomina
Pronomina yang ditemukan pada data meliputi tiga macam, yaitu:
a. Pronomina persona:
Contoh aku, suya,, anda, mereka.
b. Pronomina penunjuk:
Contoh: itu, adalah
c. Pronomina penanya:
Contoh: bila, kapan.
7.
KataTugas
Dari
data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi:
1. Preposisi:
Contoh: pada, kepada, di, terhadap, oleh karena.
Konjungsi:
Contoh: lalu, serta, yang, bahkan, sebelum, kulau, karena, tetapi, muku,
ketika. kemudian, scakan-akan.