Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi
Detik-detik menjelang diproklamasikan kemerdekaa
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak terjadi beberapa peristiwa yang
sangat penting :
A. Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
Proses persiapan
kemerdekaan Indonesia diawali dengan adanya janji kemerdekaan yang dikeluarkan
oleh Perdana Menteri Jepng Kaiso pada tanggal 9 September 1944. Sejak
dikeluarkan janji itu, kantor-kantor pemerintahan diperbolehkan mengibarkan
bendera merah putih dan menggunakan bahasa Indonesia di tempat-tempat umum,
seperti kantor, sekolah, dan media massa. Untuk merealisasikan janji
kemerdekaan tersebut maka pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan
dibentuknya Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian dinganti menjadi
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
1. Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
BPUPKI dibentuk dengan tujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
dibutuhkan dalam usaha pembentukan Negara Indonesia merdeka. BPUPKI dipimpin
oleh Dr. Radjiman Wediodiningrat.
BPUPKI beranggotakan 63
orang. Badan ini dipimpin oleh seorang ketua, dan ketua muda, seorang
sekretaris, dan 60 orang anggota. Pengangkatan dan pengumuman anggota BPUPKI
dilakukan pada tanggal 29 April 1945. Selama aktif, BPUPKI beberapa kali
melaksanakan sidang, yaitu:
·
Sidang tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Sidang ini
membahas tentang dasar negara Indonesia. Rancangan Dasar Negara yang dibahas
dikemukakan oleh Mr. Muh Yamin (29 Mei), Prof Dr. Supomo (30 Mei), dan Ir.
Soekarno (1 Juni). Rancangan Dasar Negara yang diajukan oleh Soekarno diberi
nama Pancasila.
·
Sidang tanggal 22 Juni
1945 yang berhasil menyusun Piagam Jakarta
·
Sidang tanggal 10-16
Juli 1945 berhasil menyusun Rancangan Undang-Undang Dasar
Setelah itu BPUPKI
diganti menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritsu
Junbi Inkai) pada tanggal 7 Agustus 1945.
2. Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
PPKI dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritsu Junbi Inkai. Pembentukan PPKI disetujui pemerintah Jepang
pada tanggal 7 Agustus 1945. Pelantikan secara simbolis PPKI dilakukan oleh
Jenderal Terauchi di Dallat, Saigon, Vietnam.
PPKI beranggotakan 21
orang. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, dan Drs. Muh Hatta sebagia wakil ketua.
Tugas PPKI adalah:
·
Menyelesaikan dan
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar yang telah disiapkan oleh BPUPKI
·
Memutuskan cara
pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia pada saatnya nanti.
·
PPKI bersidang 3 kali
yaitu:
·
Sidang pertama, 18
Agustus 1945. Sidang pertama ini mengesahkan UUD 45, memilih presiden dan
wakil presiden, dan menetapkan Komite Nasional sebagai pembantu presiden
sebelum terbentuknya MPR.
·
Sidang kedua, 19 Agustus
1945. Sidang kedua menghasilkan pembentukan KNIP, menetapkan kabinet (12
menteri departemen), dan pembagian wilayah menjadi 8 provinsi.
·
Sidang ketiga, 22
Agustus 1945. Sidang ketiga berisi tentang pembentukan kepengurusan KNIP dan
Badan Keamanan Rakyat (BKR).
B. Peristiwa-peristiwa Menjelang Proklamasi
Untuk mempercepat perang antara Jepang melawan Sekutu, maka pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan
Nagasaki. Kemudian pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu.
Menyerahnya Jepang atas Sekutu yang diumumkan oleh Kaisar Hirohito melalui
radio, mengakibatkan Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai
kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, Sutan Syahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda
Indonesia merasa gelisah. Setelah mendengar berita tersebut Sutan Syahrir
mendesak Soekarno Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, permintaan tersebut ditolak. Peristiwa tersebut mengawali terjadinya
peristiwa-peristiwa penting lainnya menjelang Proklamasi, diantaranya:
1. Pemanggilan Tokoh Indonesia ke Dalat, Vietnam.
Tanggal 9 Agustus 1945,Marsekal Terauchi,
Panglima besar tentara Jepang di Asia Tenggara memanggil Ir. Soekarno,
Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat kemarkasnya di
Dalat (Saigon). Ia kemudian menyampaikan keputusan pemerintah Jepang untuk
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan ini dilatar belakangi
keinginan menarik dukungan dan simpati lebih banyak dari bangsa Indonesia yang
saat itu tentara Jepang semakin terdesak oleh sekutu.Sebenarnya, pertemuan di
Dalat tersebut merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi,
peristiwa ini merupakan pemicu dari terjadinya perbedaan pendapat antara
tokoh golongan tua dan golongan muda.
2. Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 selesai dibacakan, penyebaran berita proklamasi
kemerdekaan Indoenesia gencar dilakukan agar berita kemerdekaan ini sampai ke
seluruh pelosok di tanah air bahkan luar negeri. Berbagai upaya ditempuh untuk
kepentingan ini. Baik melalui media seperti radio, koran, pamflet,
coretan-coretan di dinding dan gerbong-gerbong kerata api (grafiti) maupun
melalui lisan dari mulut ke mulut. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh
tokoh-tokoh BPUPKI atau PPKI tetapi oleh setiap lapisan masyarakat di negeri
ini, terutama dari kalangan pemuda. Penyebarluasan berita proklamasi ini sangat
penting untuk dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari rakyat sendiri dan
dunia internasional. Untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara merdeka.
Sebuah negara dapat diakui dunia internasional sebagai negara yang berdaulat
atau merdeka harus memenuhi 4 syarat berikut ini :
1. Memiliki wilayah
2. Memiliki rakyat
3. Pemerintahan yang berdaulat (memiliki susunan
penyelenggaraan negara seperti lembaga yudikatif, legislatif, eksekutif, dan
sebagainya)
4. Mendapatkan pengakuan dari negara lain (baik secara
de facto maupun secara de jure).
Proses dan Semangat
Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini
sendiri berawal dari pesan Drs. Moh. Hatta kepada pemuda B.M. Diah seorang
wartawan yang ikut hadir dalam perumusan teks proklamasi, untuk, memperbanyak
teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Pesan ini disampaikan oleh
Drs. Mohammad Hatta, pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 20.00 WIB sesaat setelah
teks proklamasi kemerdekaan selesai dirumuskan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi tersebut
berhasil diselundupkan dan sampai ke tangan Waidan B. Palenewen, seorang Kepala
Bagian dari Kantor Berita Domei (sekarang : Kantor Berita Antara) . Waidan B.
Palenewen menerima teks tersebut dari seorang wartawan berita Domei sendiri
yang bernama Syahruddin. Seterusnya Waidan memerintahkan seorang markonis radio
yang bernama F. Wuz untuk menyiarkannya secara terus menerus dengan jeda waktu
30 menit sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Mendengar siaran berita Radio
Domei/Yoshima ini, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita tersebut dan menyatakannya sebagai kekeliruan. Namun hal ini tidak dapat
menyurutkan semangat para wartawan Radio Domei untuk tetap menyiarkannya.
Akibatnya pada tanggal 20 Agustus 1945 kantor berita tersebut disegel dan para
pegawainya dilarang masuk.
Namun semangat para tokoh pemuda bangsa ini memang
sangat luar biasa. Setelah kantor berita tersebut disegel, mereka tanpa
sepengetahuan militer Jepang, mengambil beberapa peralatan penting yang
dimiliki Kantor Berita Domei. Kemudian mereka membuat pemancar baru di jalan
Menteng 31 Jakarta, dengan bantuan beberapa teknisi radio, yaitu Sukarman,
Sutanto, Susilahardja, Suhandar, dan M. Yusuf Ronodipuro. Bahkan kemudian M.
Yusuf Ronodipuro bertindak sebagai pembaca berita proklamasi. Dengan kode panggilan
DJK 1 pemancar baru ini terus menerus menyiarkan berita ke seluruh pelosok Jawa
dan tanah air. Siaran lewat Radio juga sempat dilakukan oleh Radio Hoso Kanri
Kyoku (sekarang : Radio Republik Indonesia/RRI). Tepat pukul 19.00, setengah
jam setelah Domei menyiarkan berita proklamasi, para penyiar dari radio ini
seperti M. Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto berperan besar dalam
menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan tersebut.
Sementara itu di jalan-jalan, di tembok-tembok, di
gerbong-gerbong kereta api dan sebagainya semangat kemerdekaan dan revolusi
tercermin dalam setiap tulisan-tulisan atau slogan-slogan. Bukan hanya dalam
bentuk tulisan atau grafiti bahkan diteriakkan dengan semangat yang membara.
Misalnya beberapa dari slogan-slogan tersebut seperti : “Respect our
Constitution, 17 August! Hormatilah Konstitusi kami, tanggal 17 Agustus! ;
Sekali Merdeka Tetap Merdeka! ; Merdeka atau Mati!
Peranan surat kabar-surat kabar juga tidak kalah
pentingnya dalam menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Yang
tercatat pertama kali menyebarkan berita tersebut adalah surat kabar Thahaja
yang terbit di Bandung dan Soera Asia yang terbit di Surabaya. Para pemuda yang
terkenal berjuang lewat pers adalah Adam Malik, Sajoeti Melik, Sutan Syahrir,
B.M Diah, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J Ratulangi, Iwa
Kusuma Sumantri, Sukoharjo Wiryopranoto, Sumanang S.H., Manai Sophian, dan Ali
Hasyim. Pemerintah Republik Indonesia yang baru terbentuk juga menugaskan
kepada para Gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2 Septembar 1945 untuk
segera kembali kepada tugasnya masing-masing guna menyiarkan berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia ini di wilayahnya. Tokoh-tokoh tesebut antara lain :
1. Teuku Muhammad Hasan untuk wilayah Sumatera
2. Sam Ratulangi untuk daerah Sulawesi
3. Ktut Pudja untuk daerah Nusa Tenggara
4. Ir. Mohammad Nur untuk daerah Kalimantan
Reaksi Masyarakat
Indonesia
Reaksi masyarakat terhadap berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia ini beragam, ada yang menyambut dengan antusias dan penuh
suka cita (perasaan ini datang dari sebagian besar masyarakat Indonesia, ada
yang tidak percaya dan menganggap berita itu hanya sebagai isu (biasanya ini
dari kalangan yang jauh dari Jakarta), dan ada yang ragu-ragu dan lebih memilih
bersikap tenang dan waspada serta melihat perkembangan selanjutnya. Para raja
di Jawa dan Bali menyatakan dukungan atas berdirinya RI. Di Sulawesi, Makasar,
dan Bugis banyak pula mengakui kekuasaan Sam Ratulangi sebagai Gubernur. Raja
Bone juga memberikan dukungan atas berdirinya RI, tapi masih banyak raja-raja
di luar Jawa yang tidak mau mengakui kekuasaan RI karena fanatisme golongan.
Mereka ini adalah orang-orang yang selama ini selalu mendapatkan keuntungan
dari penjajah Belanda ,mereka lebih suka Belanda kembali menguasai Indonesia.
Dan mereka tidak suka dengan para pemimpin bangsa yang ada di Jakarta yang
dianggap bersifat radikal, bukan ningrat, dan kadang-kadang bersifat islami.
3. Peristiwa Rengasdengklok
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6
Agustus 1945 serta Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945, disusul jepang
menyerahkan diri kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, meskipun berita
tersebut di tutupi, pada akhirnya sampai juga kepada telinga pada pemuda
melalui siaran radio BBC di Bandung. Hal ini memperkuat tekada dan semangat
para pemuda untuk segera bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Setelah mendengar kekalahan Jepang tersebut, tanggal
15 Agustus 1945 para pemuda berkumpul diruang belakang gedung Bakteriologi,
Jalan Pegangsaan Timur no.13, Jakarta, dibawah pimpinan Chaerul
Saleh.Pertemuan ini membahas kekalahan Jepang dan persiapan proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Hasil keputusannya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah masalah bangsa Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada
bangsa lain. Oleh karena itu proklamasi kemerdekaan harus dilakukan oleh bangsa
Indonesia sendiri.
Para pemuda segera mengirimkan utusan (Wikana dan
Darwis) untuk segera menghadap Ir. Soekarno dan Moh. Hatta agar segera
menyampaikan hasil rapat tersebut. Namun kedua tokoh tersebut menolak gagasan
para pemuda dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas
untuk memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain
itu, Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan Indonesia dalam
sidang PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun
kedua tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut dengan alasan Jepang masih
bersenjata lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum pasukan
sekutu datang ke Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta baru akan membicarakan
masalah kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945.Wikana
dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta kepada para pemuda
yang telah berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda
tersebut antara lain Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur,
Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman dan Dr.
Muwardi.
Setelah
para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa kecewa
sehingga suasana rapat menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya untuk
mengamankan Soekarno-Hatta keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang.
Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan
kawan-kawan dari Peta Jakarta.Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco
Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf Kunto. Menurut Singgih Soekarno-Hatta
akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta
dengan alasan:
1. Rengasdengklok dilatar belakangi laut Jawa,
sehingga jika ada serangan dari tentara Jepang dapat segera pergi melalui
laut.
2. Didaerah sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta,
Cilamaya (barat), Kedung Gedeh (selatan), dan Bekasi (Timur) telah siap pasukan
Peta untuk menjaga segala kemungkinan.
Setelah rapat selesai, dengan
mengendarai mobil, Singgih bersama Sutrisno, Sampun dan Surachmat menuju rumah
Ir. Soekarno dan menjemput Moh. Hatta untuk membawa mereka beserta keluarga ke
Rengasdengklok.Setelah sampai di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak
bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan resmi menyerah
dari Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul
dan memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah
kepada sekutu. Mendengar kabar itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan
perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada
para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah tercapai, pada sore harinya
Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subarjo dan Sudiro.
4. Perumusan Teks
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Sekitar pukul 02.00 wib dini
hari, soekarno-Hatta tiba di Jakarta. Atas usaha Ahmad Subarjo diperoleh sebuah
tempat, yaitu dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira Jepang
dengan jabatan Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta.
Rumah tersebut terletak dijalan Imam Bonjol No.1 Jakarta Pusat.
Tempat tersebut dianggap sebagai tempat paling aman dari ancaman pemerintah
militer. Sebelum Soekarno-Hatta merumuskan teks Proklamasi, ia menghadap dulu Jendral
Nishimura yang menyatakan bahwa Jepang tetap akan mempertahankan
kekuasaannya di Indonesia. Soekarno-Hatta akhirnya memutuskan untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mereka
kemudian menuju rumah laksamana Muda Tadashi Maeda. Disana ternyata telah
berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Ketika para pemimpin nasional
sedang merumuskan teks proklamasi. Laksamana muda Tadashi Maeda mengundurkan
diri dan pergi keruang tidurnya. Sementara itu datang orang kepercayaan
Nishimura, yaitu Miyosi bersama Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah menyaksikan
Soekarno-Hatta dan ahmad Subarjo merumuskan naskah teks proklamasi.
Setelah selesai dirumuskan,
Ir. Soekarno membacakan naskah teks proklamasi dihadapan hadirin. Moh. Hatta
menyarankan agar semua yang hadir menandatanganinya. Namun, usul ini ditentang
golongan muda. Sukarnikemudian mengusulkan agar naskah tersebut
hanya ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul
tersebut diterima oleh semua pihak. Ir Soekarno kemudian meminta Sayuti
Melik untuk mengetiknya. Setelah diketik naskah teks Proklamasi
mengalami beberapa perbaikan, yaitu mengubah kata ’tempoh’ menjadi’tempo’,
’wakil bangsa Indonesia’ menjadi ’atas nama bangsa Indonesia’, ’Djakarta
17-8-05’ menjadi ’Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05’.
Naskah yang telah diketik kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Sukarni
mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan dibacakan didepan massa di
lapangan Ikada. Namun usul tersebut ditolak karena Ir. Soekarno menganggap
lapangan Ikada adalah lokasi yang bisa menimbulkan bentrokan antara rakyat dan
pihak militer Jepang. Ir. Soekarno kemudian menyarankan dirumahnya di jalan
Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Saran ini disetujui semua pihak.
Senin, 17 Agustus 2015 − 05:00 WIBN
RAPAT Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) dengan agenda menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
baru saja kelar sekitar pukul 03.00, 17 Agustus 1945. Sebelum meninggalkan
kediaman Admiral Maeda (terletak di Jalan Imam Bonjol, Jakarta), Mohammad
Hatta, wakil ketua PPKI, menyapa dan berpesan kepada beberapa pemuda dari
golongan pers, terutama BM Diah.
"Saudara-saudara
sehari-harinya sudah bekerja keras, tetapi saudara harus meneruskan pula dengan
giat pekerjaan baru, yaitu memperbanyak teks Proklamasi itu dan menyebarkannya
ke seluruh Indonesia sedapat-dapatnya. Saudara yang bekerja di Kantor Domei,
kawatkan sedapat-dapatnya berita Proklamasi itu ke seluruh dunia yang dapat
dicapai," tulis Bung Hatta dalam buku Untuk Negeriku Sebuah
Otobiografi(Penerbit Buku Kompas). Hari itu juga, pukul 10.00, teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditandatangani Soekarno dan Mohammad
Hatta atas nama rakyat Indonesia dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56,
Jakarta.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Indonesia merdeka. Sesuai pesan
Bung Hatta, pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana agar Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia itu bisa diketahui oleh seluruh rakyat, bukan hanya
mereka yang hadir di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Tentu tak mudah untuk
menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia. Kala itu, komunikasi dan
transportasi amat terbatas. Ditambah lagi hambatan dan larangan untuk
menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia. Dikutip dari Wikipedia,
penyebaran Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat
dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Hari itu juga, teks
proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei
(sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B Palenewen.
Ia menerima teks proklamasi dari
seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F Wuz
(seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali
berturut-turut. Baru dua kali F Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang
Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah setelah mengetahui berita proklamasi
telah tersiar ke luar melalui udara. Meskipun orang Jepang tersebut
memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, Waidan Palenewen tetap meminta
F Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap
setengah jam sampai pukul 16.00, saat siaran berhenti.
Akibat dari penyiaran tersebut,
pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan
sebagai kekeliruan. Tanggal 20 Agustus 1945, pemancar tersebut disegel oleh
Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor
Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di
Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di
antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka
mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari
sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.Usaha dan
perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan
melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam
penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di
Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
4.
Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan
Keesokan
harinya, hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Ir. Soekarno
didampingi oleh Drs. Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang Jalan
Proklamasi). Setelah mengucapkan pidato singkat, kemudian Soekarno membaca
naskah proklamasi kemerdekaan. Barisan pelopor dan para pemuda menyaksikan
peristiwa yang sangat penting itu dengan penuh hikmat.
Sejak
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka yang bebas
dari belenggu penjajah. Nasib bangsa dan tanah air sekarang terletak di tangan
bangsa Indonesia sendiri. Kemerdekaan itu dapat kita rebut berkat persatuan dan
kesatuan dalam perjuangan mengusir penjajah.
Proklamasi
kemerdekaan itu segera disebarluaskan ke seluruh tanah air bahkan seluruh dunia
melalui radio, surat kabar dan kurir. Dalam waktu singkat berita tentang
proklamasi itu telah sampai di seluruh tanah air. Bahkan seluruh dunia juga
ikut mendengarkannya.
Seluruh
bangsa Indonesia menyambut proklamasi itu dengan gegap gempita. Para pemuda
mengobarkan semangat rakyat. Pekik perjuangan merdeka, berkumandang di seluruh
tanah air. Sang Merah Putih segera dikibarkan di setiap rumah di seluruh tanah
air. Di dada para pemuda dan pejuang disematkan lencana Merah Putih.
Pekikan-pekikan
pejuang berkumandang di mana-mana. Merdeka atau mati, Sekali
merdeka tetap merdeka, Bangsa Indonesia anti penjajah, Merdeka... Merdeka
5. Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Pada
waktu fajar tanggal 17 Agustus 1945, para perumus teks proklamasi baru keluar
dari rumah laksamana Maeda. Beberapa jam berikutnya, mereka berkumpul kembali
dikediaman Soekarno untuk melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Orang-orang kemudian sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk upacara. Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud
(Komandan pengawal rumah Bung Karno dan pemimpin barisan pelopor) agar
menyiapkan tiang bendera dari bambu. Bendera merah putih yang dijahit ibu
Fatmawatitelah disiapkan. Pasukan PETA dibawah komandan Syudanco Latief
Hendraningrat dan Syudanco Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah berjaga
disekitar rumah tersebut.
Menjelang
pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara. Diantaranya Dr.
Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur,
Mr. Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr. Muwardi, Sayuti Melik, A.G.
Pringgodigdo, Pandu Kartawiguna dan para tokoh pemuda. Para hari Jum’at, bulan
Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 wib dilaksanakan upacara
Proklamasi kemerdekaan indonesia dengan susunan acara :
a.
Pembacaan teks Proklamasi.
b.
Pengibaran bendera merah putih.
c.
Sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi.
Dengan suara yang mantap, Ir. Soerkarno
menyampaikan pidato pendahuluan yang singkat dilanjutkan dengan membacakan teks
proklamasi kemerdekaan. Setelah pembacaan proklamasi, Syudanco Latief
Hendraningrat mengerek bendera merah putih diiringi lagu Indonesia
raya oleh seluruh peserta upacara. Upacara kemudian ditutup dengan sambutan
walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi. Setelah itu para hadirin berpelukan
dan kemudian menyalami Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan proklamasi
kemerdekaan itu, berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia selama kurang lebih
3,5 tahun.
6. Makna Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 :
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan
titik puncak perjuangan pergerakan bangsa Indonesia yang telah dapat
mengantarkannya ke pintu gerbang kebebasan. Hari kebebasan itu telah
ditunggu-tunggu sejak bertahun-tahun lamanya dengan penuh kesadaran melalui
berbagai macam bentuk perjuangan dari seluruh rakyat Indonesia, baik yang
dilakukan melalui gerakan di daerah-daerah maupun gerakan yang bersifat
nasional (sejak tahun 1908). Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan merupakan
titik akhir perjuangan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terus berjuang untuk
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang telah dicapainya itu.
Pada awal Negara Republik Indonesia berdiri, kehidupan bangsa Indonesia belum
stabil. Bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya masih mengalami kekurangan
di sana-sini. Penyataan Kemerdekaan Indonesia belum berarti kehidupan bangsa
Indonesia berubah secara drastis. Proklamasi hanyalah merupakan titik awal
untuk mengantar rakyat Indonesia ke pintu gerbang menuju kemajuan dan
kesejahteraan sosial. Dalam pengertian ini, proklamasi kemerdekaan
mempunyai dua makna penting, yakni:
Makna Proklamasi Bagi bangsa Indonesia yaitu :
a) Bangsa
Indonesia dengan tekad yang bulat dan percaya pada kekuatan sendiri telah
menjadi bangsa yang merdeka, bebas dan tekanan dan penjajahan asing yang telah
dideritanya sejak lama. Dengan kemerdekaan ini, bangsa Indonesia berhak
mengatur sendiri negaranya serta berusaha sekuat tenaga mempertahankannya dan
gangguan bangsa asing.
b) Bangsa Indonesia menjadi pelopor bangsa-bangsa di Asia-Afrika untuk
memerdekakan diri dari penindasan bangsa Asing. Bangsa Indonesia merupakan
bangsa Asia pertama yang merdeka setelah Perang Dunia II usai. Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tiga hari setelah Perang Dunia II selesai,
dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika terjadi kekosongan
kekuasaan (vacuum of power). Hal ini memberi peluang kepada bangsa
Indonesia untuk menentukan nasibnya. Hasilnya adalah
Proklamasi Kemerdekaan yang menandakan bahwa bangsa Indonesia telah terbebas
dan segala bentuk ikatan bangsa-bangsa asing.
Oleh karena itu, proklamasi kemerdekaan
Indonesia dapat dijadikan sebagai tonggak pembaruan kehidupan bangsa
Indonesia di segala bidang kehidupan. Setelah proklamasi kemerdekaan
dikumandangkan, para pemimpin beserta rakyat Indonesia bersama-sama terus
berjuang membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Usaha-usaha yang
ditempuh di antaranya mengadakan rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 untuk
memilih pemimpin negara yaitu presiden dan wakil presiden, menetapkan fondasi
/landasan negara yakni Undang-Undang Dasar 1945, serta membentuk Komite
Nasional untuk membantu presiden melaksanakan tugasnya. Langkah ini
segera dilakukan agar negara yang baru merdeka ini berdiri dengan kokoh dan
diakui dunia internasional.
Dengan demikian makna yang
terkandung dari Proklamasi Kemerdekaan secara keseluruhan adalah,
Makna Proklamasi Bagi bangsa Indonesia yaitu :
- Lahirnya negara dan bangsa Indonesia.
- Sebagal puncak perjuangan pergerakan anti
penjajahan.
- Dimulainya revolusi Indonesia yaltu perpindahan
kekuasaan dari penjajah kepada pemerintah Indonesia.
- Sebagal sumber hukum lahirnya hukum
nasional dan berakhirna hukum kolonial.
- Menjadi bukti kedaulatan bangsa Indonesia
sehingga diakui oleh negara-negara di dunia.
No
|
Tokoh-tokoh Penting
dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
Peran
|
1.
|
Ir. Soekarno
|
Membaca teks Proklamasi dan menandatangani teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Proklamator kemerdekaan Indonesia
|
2.
|
Drs. Mohammad Hatta
|
Mendampingi Ir. Soekarno pada waktu
pembacaan teks proklamasi dan ikut menandatangani teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia bersama Ir. Soekarno.
|
3.
|
Ibu Fatmawati (Istri Ir. Soekarno).
|
Menjahit
Sang Saka Merah Putih.
|
4.
|
Sukarni
|
Mengusulkan
agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, atas nama Bangsa
Indonesia dan menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
5.
|
Ahmad Soebarjo
|
Merumuskan
teks proklamasi.
|
6.
|
Chairul Saleh
|
Tidak
menyetujui apabila anggota PPKI ikut menandatangani teks proklamasi.
|
7.
|
Wikana
|
Mengusulkan
agar Proklamasi diadakan di Jakarta.
|
8.
|
Darwis
|
Menyampaikan hasil rapat para pemuda Indonesia di
gedung Bakteriologi.
|
9.
|
Latief Hendraningrat
|
Pengibar
Sang Saka Merah Putih.
|
10.
|
S. Suhud
|
Pengibar Sang Saka Merah Putih.
|
11.
|
Suwirjo
|
Sebagai
walikota Jakarta menyampaikan Pidato Sambutan.
|
12.
|
Ki Hajar Dewantara
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
13.
|
A.G. Pringgodigdo
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
14.
|
Mr. A.A. Maramis
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
15.
|
Dr. Muwardi
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
16.
|
Dr. Buntaran Martoatmodjo
|
Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
17.
|
Mr. Latuharhary
|
Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
18.
|
Abikusno Tjokrosujoso.
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
19.
|
Anwar Tjokroaminoto.
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
20.
|
Otto Iskandardinata
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
21.
|
Pandu Kartawiguna
|
Menghadiri
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
|
22.
|
Laksamana Maeda.
|
Angkatan laut Jepang yang bersimpati
terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyediakan tempat perumusan teks
proklamasi
|
Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Pejuang Kemerdekaan
Kemerdekaan yang
kita peroleh bukan merupakan pemberian dari bangsa lain, namun kita peroleh
dengan perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa, nyawa dan harta.
Jasa-jasa para pahlawan tidak boleh kita abaikan begitu saja. Kita harus
menghargai jasa-jasa para pahlawan.
Cara-cara yang dapat kita lakukan untuk menghargai jasa para
pahlawan antara lain
·
Sebagai seorang pelajar, kita harus rajin
belajar untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan.
·
Meniru semangat patriotisme para pahlawan serta
mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
·
Melakukan ziarah ke makam pahlawan dan
mendoakannya.