BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Semakin
berkembangnya zaman, kita dituntut untuk bisa menghasilkan suatu karya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Salah satunya yaitu dengan memproduksi suatu barang.
Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu
benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan manusia dengan
menghasilkan barang dan jasa.
Salah
satu contoh produksi barang dan jasa adalah meubel. Industri meubel merupakan
salah satu sektor industri yang terus berkembang. Meubel digunakan banyak orang
karena kegunaanya yang banyak dalam kehidupan kita. Bentuk meubel antara lain
kusen pintu, kursi, meja, almari, dan ranjang yang terbuat dari kayu dan
peralatan rumah tangga lainnya. Pada umumnya, sebuah rancangan meubel lahir
karena adanya kebutuhan terhadap fungsi meubel tersebut.
Dalam
upaya merancang meubel
ada pertimbangan bagaimana olahan estetik atau bentuk rancangan dari suatu meubel. Perancang biasa
membuat meubel yang harganya relatif terjangkau. Dan harga itu tergantung pada
kayu yang di pakai dan ukiran- ukiran yang digunakan.
Biasanya
pemakai meubel adalah industri rumah tangga. Berapa besar biaya pembuatannya
dan juga harga jualnya serta pada akhirnya memikirkan bagaimana tampilan meubel tersebut dibuat.
Berdasarkan dengan ihwal tampilan, ternyata terdapat banyak sekali sumber yang
dapat memberikan inspirasi bagi perancang sebuah meubel. Namun, pada
dasarnya, kreativitas perancanglah yang akan berperan untuk mewujudkan tampilan
meubel yang unik.
Terkadang
pembuatan meubel
membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung bahan apa yang dipakai dan motif
ukirannya. Sekarang untuk mencari bahan kayu yang bagus untuk dibuat meubel sudah semakin sulit,
itu juga yang menentukan berapa harga jual meubel tersebut.
Penelitian tentang meubel sudah pernah
dilakukan oleh Ibnu Zubair di Tenggeles Kudus , tapi penelitian yang kami lakukan
ini berbeda. Salah satu pembuat meubel adalah Bapak Kemat
di Kandangmas Dawe Kudus. Produksi mebel Pak Kemat sudah cukup terkenal dan diminati
oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu, kita tertarik untuk meneliti produksi
dan distribusi meubel
milik Bapak Kemat di Desa Kandangmas Dawe Kudus.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana produksi meubel milik Bapak Kemat
di Desa Kandangmas Dawe Kudus?
2.
Bagaimana distribusi meubel milik Bapak Kemat
di Desa Kandangmas Dawe Kudus?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian karya tulis ini sebagai berikut :
1.
Mengetahui produkisi meubel milik Bapak Kemat
di Desa Kandangmas Dawe Kudus.
2.
Mengetahui distribusi
meubel milik Bapak Kemat
di Desa Kandangmas Dawe Kudus.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat penelitian karya tulis
ini adalah:
1.
Menambah pengetahuan
serta memperluas wawasan tentang meubel.
2.
Dapat menambah bekal
pengalaman bagi penulis.
3.
Bagi sekolah menengah,
hasil penelitian ini merupakan sumber informasi dalam bidang produksi dan
distribusi.
E.
Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian
ini tentang produksi dan distribusi meubel,
dimana ruang lingkup dibatasi hanya produksi dan distribusi meubel milik Bapak
Kemat di Desa Kandangmas Dawe Kudus.
F.
Sumber
Data Penelitian
Sumber
data pada penelitian ini adalah Bapak Kemat yang memiliki usaha meubel di Desa Kandangmas Dawe Kudus.
G.
Metode Penelitian dan Teknik
pengumpulan data
1.
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu salah satu jenis metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpresentasikan objek sesuai
dengan apa adanya.
2.
Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan tinjauan
pustaka.
a. Tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali
pustaka-pustaka yang terkait
b. Observasi adalah teknik yang paling dasar dalam teknik
penilaian non testing, observasi akan menghasilkan data yang merangsang
dilakukan hipoitesis yang lain.
c. Wawancara adalah dimana penulis mewawancarai objek di
lokasi untuk mengadakan wawancara dan penelitian secara langsung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Produksi
1.
Pengertian
Produksi
Beberapa pengertian produksi menurut para ahli: Produksi
merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda
atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan
produksi jasa. Sedangkan
kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya
dinamakan produksi barang.
Produksi adalah suatu proses mengubah input
menjadi output sehingga
nilai barang tersebut bertambah. Input dapat berupa terdiri dari barang atau
jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa
yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Sedangkan menurut Sukanto dan Indriy, Produksi merupakan pusat
pelaksanaan kegiatan konkrit mengadakan barang-barang dan jasa-jasa.
Produksi adalah segala kegiatan dalam
menciptakan dan menambah kegunaan (utility)
sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi
dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization,
managerial, dan skills).
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produksi adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai guna
suatu barang memenuhi kebutuhan.
2.
Tujuan Produksi
a)
Memenuhi kebutuhan manusia yaitu salah satu aspek psikologis dan untuk menjadi
dasar (alasan) bagi setiap individu.
b)
Mencari keuntungan atau laba yaitu peningkatan kekayaan seorang investor sebagai
penanam modal.
c)
Menjaga kelangsungan hidup perusahaan yaitu sebagai cara untuk memenangkan
sesuatu.
d) Meningkatkan
lapangan usaha yaitu tempat
terjadinya kegiatan produksi.
e)
Menjaga kesinambungan usaha
perusahaan yaitu laporan
keuangan disusun atas dasar kesinambungan usaha.
3.
Faktor-faktor produksi
Faktor
Produksi-Jalan
kegiatan produksi tergantung dari tersedianya faktor produksi. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang
perlukan dalam kegiatan produksi terhadap suatu barang dan jasa. Faktor-faktor
produksi terdiri dari alam (natural resources), tenaga kerja (labor), modal (capital), dan keahlian (skill)
atau sumber daya pengusaha (enterpreneurship). Faktor-faktor produksi alam dan
tenaga kerja adalah faktor produksi utama (asli), sedangkan modal dan tenaga
kerja merupakan faktor produksi turunan.
Berikut
penjelasan faktor-faktor produksi:
a)
Faktor
Produksi Alam, adalah semua kekayaan yang ada di alam
semesta digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi alam disebut faktor
produksi utama atau asli. Faktor produksi alam terdiri dari tanah, air, udara,
sinar matahari, dan barang tambang
b)
Faktor Produksi Tenaga Kerja, adalah faktor
produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjalankan
kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja sebagai faktor produksi asli.
Walaupun kini banyak kegiatan proses produksi diperankan oleh mesin, namun
keberadaan manusia wajib diperlukan.
c)
Faktor Produksi Modal, adalah faktor penunjang yang
mempercepat dan menambah kemampuan dalam memproduksi. Faktor produksi dapat
terdiri dari mesin-mesin, sarana pengangkutan, bangunan, dan alat pengangkutan.
d)
Faktor Produksi Keahlian, adalah
keahlian atau keterampilan individu mengkoordinasikan dan mengelola faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
B. Distribusi
1)
Pengertian Distribusi
Ada beberapa pengertian distribusi menurut para ahli:
Distribusi adalah salah satu
aspek dari pemasaran.
Distribusi juga dapat diartikan
sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga
penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan
saat dibutuhkan).
Distribusi adalah kegiatan penyaluran
barang dan jasa yang dibuat dari produsen ke konsumen
agar tersebar luas. Distribusi
artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari produsen sampai ke
tangan masyarakat konsumen.
Berdasarkan berbagai pengertian distribusi diatas dapat disimpilkan bahwa
distribusi merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan,
menyebarkan, atau menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.
2)
Tujuan
Distribusi
a)
Menyampaikan barang atau jasa dari
produsen ke konsumen
b) Mempercepat
sampainya hasil produksi ke tangan konsumen.
c) Tercapainya
pemerataan produksi
d) Menjaga
kontinuitas produksi
e) Meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi
f)
Meningkatkan nilai guna barang dan jasa
3)
Faktor-faktor Distribusi
a)
Pertimbangan pasar yaitu suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan
barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta
tujuan perusahaan.
b)
Konsumen atau pasar industry adalah aktivitas manusia yang ditujukan untuk memuaskan
keinginan dan kebutuhan pembeli yang ahli atau yang dapat mempengaruhi
pembelian barang-barang yang diperdagangkan, barang kebutuhan lembaga-lembaga
dan barang kebutuhan organisasi pemerintah, melalui proses pertukaran.
c)
Jumlah pembeli potensial yaitu calon konsumen, belum menjadi konsumen tapi bisa
jadi konsumen untuk kedepan.
d)
Pasar secara geografis merupakan pembagian kelompok pembeli yang memiliki
perbedaan kebutuhan, karakteristik, ataupun perilaku yang berbeda di dalam
suatu pasar tertentu.
e)
Jumlah pesanan adalah jumlah optimum unit yang diproduksi atau dipesan
berdasarkan biaya penyetelan, permintaan, nilai persediaan, biaya penyimpanan
persediaan, dan volume produksi.
4)
Pertimbangan
produk
a)
Nilai unit
b)
Besar dan berat
c)
Mudah rusak
d)
Sifat tehnis
e)
Produk standard dan pesanan
f)
Luasnya produk line
5)
Pertimbangan
perusahaan
a)
Sumber pembelanjaan
b)
Pengalaman dan kemampuan manajemen
c)
Pengawasan saluran
d)
Pelayanan yang diberikan oleh perantara
6)
Pertimbangan
perantara
a)
Pelayanan yang diberikan oleh perantara
b)
Sikap perantara terhadap kebijaksanaan
produsen
c)
Volume penjualan
C.
Meubel
1) Pengertian Meubel
Meubel
atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang
seperti kursi, meja, dan lemari. Meubel
berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja
kursi dan lemari relatif mudah digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap.
Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520-30
Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish
atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun meubel dan furniture punya arti yang beda,
tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya.
Dalam kata lain, meubel atau furnitur adalah semua benda
yang ada di rumah
dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda
kecil seperti pakaian
atau cangkir.
Meubel terbuat dari
kayu, papan, kulit, sekrup, dll.
2)
Sejarah
Meubel
Furnitur
(meubel) dari segi modenya telah menjadi bagian dari pada pengalaman hidup
manusia sejak adanya perkembangan dari kebudayaan non-nomadis. Bukti dari
adanya meubel adalah ada sejak zaman
neolitik dan terakhir dari antiquity dibentuk-bentuk dari lukisan-lukisan
primitif didinding gua. Bahkan ada lukisan mural didinding yang ditemukan
dipompei,seni bentuk atau skulptur dan pada contoh-contoh yang diangkat dari
mesir dan diketemukan dikuburan-kuburan di Ghiordes di Turki sekarang.
Kata furnitur kemungkinan berasal dari bahasa
perancis,”fournir” yang artinya kurang lebih menyediakan. Tapi dimasyarakat
kata furnitur sudah berarti untuk barang-barang yang dapat dipindah-pindah atau
“mobile” dalam bahasa latinnya. Kata tersebut sangat mendukung kegiatan manusia
bahkan menyediakan tempat untuk duduk,tidur atau membawa objek-objek yang perlu
ditaruh selama tidak sedang digunakan untuk bekerja dipermukaan bumi. Ataupun
juga untuk sebagai alat menyimpan barang. Furnitur penyimpanan bahkan sebagai
menjalankan fungsi-fungsi seperti pintu,laci,meja,dan bisa dikunci untuk selama
menyimpan. Dia mengorganisir benda-benda seperti kain atau pakain,peralatan
atau perkakas,buku-buku,dan perkakas rumah tangga. Furnitur juga mempunyai
sejarah meubel di Asia :
·
Sejarah meubel di Asia
Meubel di Asia agak berbeda dengan meubel Barat. Meubel Asia mengembangkan gayanya
tersendiri, walaupun kadang dipengaruhi oleh Barat karena interaksi warga Asia
dengan warga Barat melalui kolonialisme, pendidikan dan informasi. Meubel Asia dengan gayanya sendiri, lahir
dari Indonesia (terutama Jepara, Bali), China, Jepang, Pakistan, India, Burma, Korea,
Monggolia.
Indonesia
mempunyai gaya meubel
yang unik dengan aneka ragam hias ukir yang beragam. Ornamen yang beraneka.
Pusat meubel
ukir di Indonesia adalah Jepara. Pada tahun 2004, Kabupaten Jepara memiliki 3.539 unit
produksi usaha meubel
yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman
Modal. Usaha skala kecil yang belum terdaftar diperkirakan 15.000 unit usaha.
Keseluruhannya menyerap kira-kira 85.000 tenaga kerja.
D. Topografi
Desa Kandangmas
Kandangmas
adalah desa
di kecamatan
Dawe,
Kudus,
Jawa Tengah,
Indonesia. Tepatnya 14 km (koordinat 6°44'18"LS
dan 110°54'27"BT) dari pusat kota Kudus ke utara arah Gunung Muria. Bagian
Selatan berbatasan dengan desa Rejosari, bagian barat dengan desa Margorejo dan
Lau, bagian utara dengan desa Cranggang, Bagian timur berbatasan dengan desa
Tanjungrejo, Glagah Kulon dan Area pegunungan Pati Ayam. Merupakan desa terluas
di Kabupaten Kudus, dan disinilah dibangun Proyek wisata air dan waduk (Embung)
Kandangmas dengan areal seluas 98 hektar, Terdiri 16 RW dan 65 RT,(sumber
menurut Riono adi).
Desa Kandangmas terdiri dari beberapa
dukuh diantaranya :
§
Masin.
§
Sudo.
§
Sekandang.
§
Sintru.
Peta
Desa Kandangmas, Dawe, Kudus.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Konsep Desain Mebel
Konsep adalah gagasan sistematik dan
rasional yang dapat disajikan dalam bentuk bagan, sketsa atau kerangka berfikir
untuk kemudian direalisasikan menjadi bentuk-bentuk serta pola-pola yang
optimal. Bentuk-bentuk tersebut merupakan hasil konsep rasional-rasional yang
juga mempertimbangkan unsur emosional berupa nilai-nilai estetika rupa. Konsep
desain yang mempertimbangkan unsur rasional dan emosional harus di dukung
dengan alasan-alasan konkret tentang penciptaan desain. Konsep desain harus
disertai gambar kerja lengkap dengan skala ukuran, konstruksi,warna dan
bahan-bahan yang digunakan.
Konsep sebuah desain adalah suatu jalan
yang harus dilalui didalam urutan perencanaan. Konsep juga berfungsi untuk
menghasilkan ekspresi dalam wujud perencanaan. Perencanaan tersebut
dioptimalkan semaksimal mungkin sesuai dengan tuntutan selera estetika manusia.
Untuk mendukung pemikiran tersebut, dalam konteks ini dipilih konsep desain
yang mengacu pada metode glass box. Prinsip metode glass box adalah cara
menganalisis desain secara sistematik. Desainter berfikir seperti komputer
tetapi bukan sebagai mesin komputer. Sisi rasional – fungsional menggunakan
glass box dan sisi kreatif – imajinatif dengan lompatan emosional menggunakan
black box. Desainer hendaknya mengambil posisi seimbang antara glass box dan
black box.
B.
Bahan Pembuatan Mebel
Dalam membuat mebel diperlukan bahan
kayu jati gelondongan berukuran besar. Setiap bahan (material) memiliki
karakter dan juga tekstur yang berbeda-beda pada permukaanya.
Jenis kayu yang dapat digunakan untuk
membuat mebel adalah kayu jati, kayu ramin, kayu nyatoh, kayu meranti, kayu
karet, kayu pinus, kayu sono keling, dan jenis kayu hasil hutan lainnya.
Selain itu bahan kayu juga dapat
diolah menjadi kayu lapis (plyood) , blockboard, particleboard. Bahan-bahan
olahan kayu ini juga dapat digunakan dalam pembuatan mebel, terutama mebel-mebel yang dikenal dengan
sebutan panelwood.
Secara garis besar, bahan terbagi
menjadi dua jenis. Pertama, bahan
dari kayu alam seperti kayu, rotan, bambu, besi, dan sejenisnya. Kedua, bahan
buatan atau sintetis seperti plastik, fibeglass, upholstery, kulit imitasi, dan
sejenisnya.
C.
Alat Pembuatan Mebel
Alat-alat yang dibutuhkan dalam memproduksi mebel
sangat beragam, baik yang berupa alat mekanik ataupun alat manual. Adapun
alat-alat yang dibutuhkan dalam membuat mebel antara lain:
a.
Pasah listrik
b.
Gergaji
c.
Tatah
d.
Bor
e.
Meteran lipat, meteran
panjang
f.
Meteran teleskop
D.
Proses Pembuatan Mebel
Proses pembuatan
mebel dari bahan baku kayu yang berupa kayu glondong sampai menjadi mebel,
melalui beberapa tahapan. Tahapan itu antara lain:
1.
Proses pembelahan dengan mesin gergaji
menjadi lembaran papan.
2.
Dilanjutkan dengan
proses pengeringan berdiri dan diangin-anginkan selama kurang lebih 3 hari. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air
dalam kayu.
3.
Selanjutnya kayu jati
dimasukkan kedalam oven untuk pengeringan lanjutan dengan suhu yang menengah
sehingga kayu tidak pecah dan akan kering sempurna.
4.
Tahap yang selanjutnya
adalah penyemprotan zat pengawet
dan perendaman dalam cairan
ramah lingkungan untuk memperkuat kayu.
5.
Proses pengerjaan
menjadi furniture dan dilanjutkan dengan finishing untuk meningkatkan daya
ikat, ketahanan goresan dan menajamkan warna pliture, cat duco, maupun cat
warna natural
6.
Penyortiran produk yang
terbaik diekspor
ke pasar
luar negeri dan kualitas nomor dua
digunakan untuk pasar domestik.
E.
Kendala Dalam Pembuatan
Mebel
1.
Kendala modal,
modal yang pertama kali dalam memulai usaha mebel sekitar Rp 10.000.000,-. Itu
saja bisa dikatakan tidak cukup. Memang memulai sebuah usaha dibutuhkan biaya/modal
yang tidak sedikit, apalagi usaha mebel yang bahan baku kayu jati harganya
sangat mahal.
2.
Kedala pemasaran, salah satu kendala
dalam pembuatan mebel. Produsen mebel
telah menentukan harga murah berdasarkan perhitungan unsur produksi, tetapi
konsumen harga yang ditentukan masih belum terjangkau, bahkan menurut konsumen dirasa sangat mahal. Memang pemasaran merupakan masalah yang sangat
sulit di masyarakat.
3.
Kendala
finishing, pekerjaan finishing
produksi mebel membutuhkan
penanganan yang hati-hati. Jika para pekerja tidak hati-hati bisa jadi berakibat mebel yang sudah diplitur
menjadi rusak dan dapat mengganggu jangka waktu produksi. Hal ini dapat berakibat produksi tidak tepat
waktu.
4.
Kendala penyediaan
bahan baku, bahan baku mebel
dari kayu gelondongan memiliki resiko
sangat besar, bisa jadi kayu glondongan di dalamnya terdapat lubang/kropos.
Jika hal itu terjadi bisa berakibat bahan baku tidak berkualitas yang nantinya
akan berakibat pada rendahnya kualitas hasil produksi.
F. Tips Merawat Mebel
1.
Jagalah permukaan
furniture dengan baik, menghindari adanya goresan, noda maupun warna yang
semakin kusam.
2.
Tempatkanlah furniture
antik di tempat
yang memiliki suhu normal dan tidak lembab. Usahakan pula agar furniture
tersebut tidak terkena matahari atau sumber panas secara langsung, karena dapat
membuat mebel terlihat kusam,lapisan retak atau melengkung.
3.
Bersihkan sela-sela
ukiran atau sudut mebel menggunakan kuas halus berukuran kecil.
4.
Gunakan cairan bembersih (pledge) untuk membersihkan
permukaan furniture.
5.
Permukaan mebel yang
sudah dibersihkan mengunakan cairan
bembersih pledge
harus dibersihkan menggunakan kain
kanebo.
6.
Memoles ulang furniture
antik, setidaknya 2-3 tahun sekali.
G. Distribusi Mebel
Pemasaran produk industri mebel
dilakukan melalui dua jalur. Pertama, pemesanan atau pembeli yang datang
langsung ke lokasi untuk membeli atau memesan sesuai selera atau permintaan.
Kedua, produk dipasarkan kembali oleh pedagang lainnya di toko muebel di wilayah Kudus dan sekitarnya.
Akan tetapi lebih banyak produk yang dijual secara langsung kepada konsumen.
Produk yang dihasilkan sebagai persediaan untuk pembeli yang datang langsung ke
lokasi tempat usaha. Produk mebel yang diproduksi tidak hanya dipasarkan di
wilayah kudus saja, akan tetapi
sampai ke luar kota.
Berdasarkan pengamatan, pengusaha industri kecil mebel sudah mempunyai
kemampuan komunikasi yang baik dalam menawarkan produk mebel pada konsumen.
Selain itu, kondisi outlet sudah dilihat cukup baik, meskipun masih ada
beberapa outlet masih kurang dalam penatannya.
Dalam pelaksanaan pemaaran
jasa oleh pemasar, ada sifat khusus yang membedakan pemasaran jasa dengan
pemasaran barang. Sifat khusus tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menyesuaikan dengan selera konsumen
Gejala ini ditandai dengan
pasar pembeli yang lebih dominan dalam suasana pasaran jasa. Kualitas jasa yang
ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dalam
industri dengan tingkat hubungan yang tinggi, pengusaha harus memperhatikan
hal-hal yang bersifat internal dengan cara memelihara tenaga kerja dan
mempekerjakan tenaga sebaik mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal
marketing, yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam industri
kecil.
2. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah
pendapatan penduduk.
Dalam kenyataan, makin maju
suatu negara akan semakin banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya
dengan hirarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan jasa. Masyarakat yang
belum banyak menggunakan jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat
tersebut belum merata. Seperti halnya dalam pemasaran
mebel kayu membutuhkan jasa pengangkutan, jasa penggergajian, dan membutuhkan
tenaga kerja.
3. Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi
penyimpanan.
Tidak ada jasa yang dapat
disimpan. Jasa diproduksi bersamaan waktunya dengan mengkonsumsi jasa tersebut.
4. Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai
pelengkapnya.
Karena jasa adalah suatu
produk yang tidak berwujud maka konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang
memberikan pelayanan sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.
5. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu
penting.
Ini disebabkan dalam
pemasaran jasa perantara tidak digunakan. Akan tetapi ada tipe pemasaran
tertentu yang menggunakan agen sebagai perantara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi
http://naufalsyawal.blogspot.co.id/p/produksi-adalah-suatu-proses-mengubah.html
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-produksi-luas-menurut-para.html
http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-produksi-faktor-faktor.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Distribusi_%28bisnis%29
http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-distribusi-fungsi-fungsi-kegiatan.html
http://dian39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2012/03/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-distribusi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Mebel