Cara ta’aruf yang benar Dalam Islam
Kali ini saya ingin share atau mempersembahkan sebuah pengetahuan bagi
para calon suami dan calon istri yang banyak dianggap asing bagi mereka
yang baru mengenal islam yang sesungguhnya. walaupun coretan ini
kelihatan kocar kacir tapi ambilah manfaatnya bila sobat anggap
bermanfaat.
Ta'aruf (bukan perkenalan biasa) yang akan
mengantarkan dua orang insan kepada mahligai terindah dalam kehidupan
manusia yaitu pernikahan. Namun Kebanyakan kita masih belum terlalu
mengetahui cara-cara ta'aruf yang baik. berikut ulasannya.
kiat-kiat ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah,
1. Pertama
Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan
sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam
melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang
diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT.
Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar
membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang
biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2. Kedua
Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka
segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan
foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan
tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya
Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu
segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di
rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir,
sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi
(murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar
semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.
3. Ketiga
Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling
bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga,
hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga.
Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan
grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu,
semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk
mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius.
Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik
ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan
sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan
mengalir.
4. Keempat
Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan
sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan
misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk
melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga
besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua
belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar
nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika
datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan
sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang
Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa
saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan
jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk
membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah
’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah
akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur
oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim
tersebut.
5. Kelima
Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan
ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang
tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya
ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk
menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani
Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih
sayang pada mutarabbi.
6.Keenam
Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada
kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga
besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu
untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah,
sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7. Ketujuh
Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada
kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga
besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu
untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah,
sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya
Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang
menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.
Semoga Bermanfaat