Terkadang orang
lupa dengan semakin bertambahnya usia, semakin dekat ia dengan kematiannya,,,Ia
mati…setiap orang pasti akan mengalaminya..Tua, Muda, Lelaki ,Perempuan entah
dia seorang presiden, Dokter, Guru ataupun rakyat biasa..yang menjadi
permasalahan ialah bekal…sudah siapkan bekal anda? Kedatangannya tak pernah
diragukan, namun sedikit sekali yang bersiap menyambutnya. Ialah tamu yang
datang tanpa permisi dan masuk rumah tanpa basa-basi. Berbagai cara ditempuh
manusia demi menghindarinya. Namun… ibarat anak panah yang melesat, ia semakin
dekat dan dekat, hingga mencapai sasaran pada waktu dan tempat yang ditentukan,
tanpa meleset sedikitpun
Banyak
orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.
Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan
kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang
yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin
mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Tersanjungkah engkau
yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar,
kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman
munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu
ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar
dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang
beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama
sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang
beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan
pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Malam-malam
berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa
jenjang kedewasaan ruhani meninggi
Di
luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat
layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. 30% Remaja SMA mengaku telah
berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal
jangan dengan perkosaan.
Mungkin ini sudah menjadi hal yang biasa di kota-kota
besar.
Kemana
getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut"
menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"? Saat engkau muntah
melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung
ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana
perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting
mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah
taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang
"Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan
tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana? Sekarang kau telah jadi
kader hebat.Tidak lagi malu-malu
tampil. Justeru
engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan
tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga
didepan ribuan massa.
Tak ada seorang
pun tahu kapan kematian menjemputnya… ia pun tak tahu di belahan bumi manakah
pembaringan terakhirnya. Allah berfirman yang artinya: “Dan tiada seorang
jiwa pun yang mengetahui di belahan bumi manakah ia akan mati” (Luqman:
34). Jikalau tempatnya saja tidak diketahui, padahal mereka-reka tempat lebih
mudah dari pada waktu, maka jelaslah bahwa waktunya lebih tersembunyi lagi. Dialah
penghancur segala kenikmatan duniawi, dan penghapus segala kepedihannya. Andai
saja mati adalah akhir dari segalanya, niscaya ia menjadi primadona bagi setiap
jiwa yang merana. Akan tetapi, tak lain ia merupakan pintu pertama dari
kehidupan selanjutnya… kesenangan tanpa batas, atau azab yang tak kunjung
lepas.
Wajarlah jika
manusia membenci mati, bahkan para salaf pun demikian. Suatu ketika, Syuraih bin
Hani’ -salah seorang tabi’in- mendengar sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Siapa
senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya. Dan
siapa tidak senang berjumpa dengan Allah maka Allah pun tidak senang berjumpa
dengannya”. Usai mendengarnya, ia bergegas menemui Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha seraya mengatakan: “Wahai Ummul Mukminin, aku mendengar sebuah
hadits dari Abu Hurairah, yang jika benar demikian berarti kita semua celaka!”
“Orang celaka ialah yang
celaka karena sabda Rasulullah, ada apa memangnya?” sahut Ummul Mukminin.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Siapa senang
berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya. Dan siapa
tidak senang berjumpa dengan Allah maka Allah pun tidak senang berjumpa
dengannya, padahal tidak seorang pun dari kita melainkan benci terhadap
kematian…!” ungkap Syuraih. Maka Ummul Mukminin menjawab: “Sungguh
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam memang mengatakan seperti itu, akan
tetapi bukan seperti yang kau fahami… hal itu ialah saat mata
terbelalak, dada terasa sesak, kulit merinding dan jari-jemari kaku…
saat itulah siapa yang senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa
dengannya. Dan siapa yang tidak senang berjumpa dengan Allah maka Allah pun
tidak senang berjumpa dengannya”.[2]
Demikianlah
gambaran singkat sakaratul maut… sesuatu yang pasti akan kita rasakan. Saat
napas tiba-tiba terasa berat… peluh membasahi sekujur tubuh… bertaut betis kiri
dan betis kanan, kemudian perlahan-lahan ruh dicabut dari bawah ke atas. Itulah
detik-detik perpisahan dengan dunia… saat orang-orang bertakwa tersenyum
melihat apa yang dijanjikan untuknya, dan para durjana menyesali perbuatan
mereka.
Riwayat-riwayat
berikut mungkin bisa memberi gambaran lebih jelas akan kedahsyatan yang
dihadapi seseorang saat sakaratul maut hingga ruhnya dicabut,
Al Imam Abu Bakar bin Abid Dunya
meriwayatkan dalam kitab Al Muhtadhirin; Tatkala ‘Amru bin Ash radhiyallahu
‘anhu sekarat, puteranya berkata: “Wahai Ayah… dahulu engkau sering
mengatakan: Andai saja aku berjumpa dengan orang berakal tatkala ia sekarat,
supaya ia ceritakan padaku apa yang dirasakannya… Nah, sekarang engkaulah orang
tersebut, maka ceritakanlah bagaimana kematian itu?” Sang Ayah menjawab:
“Wahai puteraku, demi Allah… aku merasa seakan perutku dililit, dan aku
bernafas dari lubang jarum… seakan ada sepucuk ranting berduri yang diseret
dari ujung kaki hingga kepalaku”.
Suatu ketika, Umar bin Khatthab radhiyallahu
‘anhu bertanya kepada Ka’ab Al Ahbar:
يَا كَعْبُ حَدِّثْنَا عَنِ الْمَوْتِ! قَالَ: نَعَمْ يَا
أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ, غُصْنٌ كَثِيْرُ الشَّوْكِ أُدْخِلَ فِي جَوْفِ رَجُلٍ
فَأَخَذَتْ كُلُّ شَوْكَةٍ بِعَرَقٍ ثُمَّ جَذَبَهُ رَجُلٌ شَدِيْدُ الجَذْبِ
فَأَخَذَ مَا أَخَذَ وَأَبْقَى مَا أَبْقَى
“Hai Ka’ab, kabarkan kepada
kami tentang kematian!” “Baiklah wahai Amirul Mukminin” kata Ka’ab. “Ia laksana
sepucuk ranting yang banyak durinya, yang dimasukkan ke dalam perut seseorang.
Setelah tiap durinya mengait sebuah urat, ranting tersebut ditarik oleh orang
yang amat kuat tarikannya, hingga tercabutlah sejumlah uratnya dan tertinggal
sisanya” [3]
Barangkali ada sementara
kalangan yang sulit menerima kenyataan ini. mereka mengatakan: “Bagaimana
mungkin kematian seperti yang anda ceritakan, sedangkan yang kami saksikan pada
sebagian orang yang sekarat, kematian tidaklah separah itu? Kami juga
menyaksikan bahwa di antara mereka ada yang sempat mengobrol, berwasiat, dan
memberi kesaksian atas harta dan hutangnya, padahal ruhnya sedang dicabut… pun
demikian dia tetap melanjutkan wasiat dan kesaksiannya tadi, sampai-sampai
orang yang baru melihatnya mengira bahwa dia tidak apa-apa dan tidak akan mati…
baru setelah itu ia mati. Jelaslah ini bukan kondisi orang yang disakiti
sedemikian rupa. Seandainya ia memang disakiti seperti itu, pasti sakitnya
tercabik oleh ranting berduri tadi membuatnya tak bisa berwasiat dan
sebagainya.
Seandainya apa yang anda
ceritakan tadi benar, maka kami pernah menyaksikan sebagian orang yang ruhnya
keluar demikian cepat. Hingga kalaupun ia merasakan sakit berlipat ganda dari
yang anda ceritakan, ia takkan peduli karena hal tersebut berlangsung cepat
sekali.
Memang, kematian bagi kebanyakan
orang biasanya didahului oleh sakit yang kadang menjadi luar biasa menjelang
kematiannya, baru kemudian mati. Sakit tersebut kadang dirasakan orang lain
sampai yakin dirinya bakal mati seakan melihat kematian sebelum ia mati,
kemudian menghilang begitu saja tanpa bekas, seakan dirinya tak pernah tahu
menahu tentang itu…”
Jawabnya, “Anda benar…
masalahnya memang seperti yang anda katakan, dan pada sebagian orang memang
disaksikan seperti itu. Memang kematian terkadang terasa ringan dan mudah bagi
sebagian orang. Namun bagi sebagian lainnya atau bahkan bagi kebanyakan orang,
ia terasa berat dan sangat menyakitkan! Dari golongan manapun anda, baik
golongan mereka yang mudah matinya ataupun yang sulit, anda pasti merasakan
salah satunya…. mau tidak mau anda harus mengalaminya.
Lantas, apa yang menjamin bahwa
anda tidak akan merasakan yang paling pedih dan menyakitkan?? Apa yang membuat
anda merasa aman dari ini semua?? Bagaimanapun jadinya, kematian adalah hal
yang tidak disukai dan pengalaman yang amat pahit. Bahkan orang yang
diperlihatkan tempat tinggalnya di Surga, lalu dikatakan kepadanya: “Matilah,
kamu akan menuju kesana”, pasti akan ciut juga nyalinya walau memberanikan
diri”.[4]
Namun, agaknya perkenalan
singkat kita dengan kematian masih terlalu dini untuk mengungkap hakikatnya.
Karenanya, dalam pembahasan berikut, kami mencoba mengumpulkan hal-hal penting
yang berkaitan dengan mati, yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, serta ucapan para ulama.