Manusia dilahirkan dan datang ke dunia ini dalam keadaan polos, telanjang,
buta ilmu pengetahuan, walaupun ia dibekali dengan kekuatan dan pancaindera
yang dapat menyiapkannya untuk mengetahui dan belajar.
Allah swt. berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl 78).
Maka pendengaran, penglihatan dan akal ialah alat-alat yang diberikan oleh
Allah kepada manusia untuk digunakannya memperoleh pengetahuan dan merupakan
jendela-jendela yang melaluinya orang dapat menjenguk ke alam yang luas untuk
mengetahui rahasia-rahasianya, kemudian mengambil manfaat dari apa yang Allah
telah mengisinya untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kelestarian hidup manusia,
makhluknya yang diamanatkan untuk menjadi khalifah-Nya di atas bumi ini.
Orang-orang yang tidak mengambil manfaat dari pemberian Allah itu dan tidak
menggunakannya sesuai dengan fungsinya, patut digolongkan ke dalam bilangan
binatang, karena mereka telah menyia-nyiakan pemberian Allah untuk mencari ilmu
dan pengetahuan sebagai pembentuk kepribadian manusia. Berfirman Allah swt.:
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raaf 179).
Kunci ilmu pengetahuan
1. Membaca
2. Menyelidiki alam semesta
3. Mengadakan perjalanan di
atas bumi Allah
Itulah bidang-bidang yang dapat memberi banyak pengetahuan yang bermanfaat
kepada manusia, dan yang banyak disebut-sebut dalam Al-Qur’an untuk menjadi
perhatian dan bahan penyelidikan umat Islam.
Tentang bidang membaca, Allah berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. “(Al-alaq 1-5).
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (Nun 1).
Rasulullah saw. telah memberi kesempatan kepada para tawanan musyrikin
Quraisy dalam perang Bad’r yang tidak sanggup menebus dirinya dengan harta,
agar mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh anak orang Islam sebagai
tebusan. Hal mana menunjukkan betapa besarnya perhatian Rasulullah terhadap
mata pelajaran membaca dan menulis sebagai kunci ilmu pengetahuan.
Tentang anjuran menyelidiki alam semesta, Allah berfirman:
“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.
tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". “ (Yunus 101).
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-A’raaf 185).
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu
hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau
sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang ciptaan Allah) .” (Saba’
46).
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Ali Imraan
190-191).
Rasulullah saw. bersabda setelah membaca ayat-ayat ini: “Binasalah orang
yang membacanya dan tiada merenungkannya.”
Tentang anjuran agar orang bepergian mengelilingi bumi berfirmanlah Allah
swt:
“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj 46).
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di
(muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya,
kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” (Al ‘Ankabuut 19-20).
Islam merasa tidak cukup dengan hanya menunjukkan kunci-kunci ilmu
pengetahuan dan jalan-jalan untuk mencapainya. Islam bahkan mendorong orang
untuk giat menuntutnya dan bersungguh-sungguh dalam mengejarnya dan menguasai
segala bidangnya. Allah swt. berfirman:
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Thaaha
114).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. setelah turunnya ayat ini berdo’a: “Ya
Allah, ajarkanlah kepadaku apa yang berguna bagiku, dan berilah kepadaku
manfaat dari apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan tambahlah ilmuku, segala
puji bagi-Mu atas segala hal.”
Orang tidak akan merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang ia telah
capai, tetapi selalu berusaha menambah pengetahuannya, berbeda dengan
kebutuhan-kebutuhan duniawinya. Sebab barangsiapa telah dikaruniai ilmu, maka
ia telah memperoleh karunia kebajikan dari segala sudutnya:
Firman Allah swt.: .
“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan
As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah).” (AlBaqarah 269).
Kekayaan duniawi tidak ada bobotnya dibandingkan dengan kekayaan ilmu dan
pengetahuan, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
الدّنيا ملعونة، ملعون ما فيها إلاّ ذكرالله
وما والاه وعالما أو متعلّما. (رواه الترمذى
“Dunia itu terkutuk dan terkutuk semua apa yang ada di dalamnya kecuali
orang yang berdzikir (ingat) kepada Allah, orang alim dan orang menuntut ilmu.”
(rw. Atturmudzi).
Karena itu sifat iri hati (hasad) yang tercela dalam agama Islam, bahkan
dipuji jika sasarannya ilmu dan pengetahuan. Bersabda Rasulullah saw.:
لا حسد الاّ فى اثنتين:رجل أتاه الله مالا
فسلّطه على هلكته فى الحقّ ورجل أتاه الله الحكمة فهو يقضى بها ويعلّمها. (البخارى
ومسلم
“Tiada iri hati (hasad) yang dibolehkan kecuali terhadap dua sasaran;
terhadap orang yang dikaruniai Allah harta kekayaan dan digunakan untuk
menegakkan hak dan kebenaran dan terhadap orang yang dikarunniai Allah ilmu dan
hikmah yang diajarkannya lain orang dan dijadikannya pedoman putusan hukumannya”.
Al-Qur’an menetapkan bahwa Rasul yang diutus oleh Allah ditugaskan membaca
ayat-ayat untuk manusia, mensucikan mereka dengan ajaran akhlak yang luhur dan
peradaban yang tinggi dan mengajar mereka kitab Allah dan hikmah (ilmu
pengetahuan). Allah berfirman:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (Al-Jumu’ah 2).
Orang yang alim dan orang yang bodoh (buta ilmu) tidaklah sama kedudukannya
terhadap Allah maupun di pandangan masyarakat, demikian pula tidak sama
penilaiannya tentang soal-soal kehidupan. Allah berfirman:
“Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?".(Az-Zumar 9).
Orang yang berpengetahuan melek (terbuka) hati dan jiwa sedang orang tidak
berpengetahuan adalah adalahbuta hati, bua jiwa dan mudah tersesat oleh godaan
syaitan. Allah swt. berfirman:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberiilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadalah 11)
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau)
memahami.” (Ar-Ruum 59).
“Adakah orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan
orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran,”(Arra’d 19).
Orang yang tidak memberi penghargaan kepada para ulama, tidaklah patut
mengaku dirinya pengikut Muhammad dan penganut agama Islam, sebagaimana sabda
Rasulullah saw.:
ليس منّا من لم يرحم صغيرنا ولم يوقّر
كبيرنا ويعرف لعالمنا حقّه
“Tidak termasuk golongan kita barangsiapa tidak mengasihi yang kecil-kecil
dan muda usia di antara kita dan menghormati yang besar-besar dan lanjut usia
serta tidak memberi penghargaan kepada para ulama kita.”
Allah swt., memberi penilaian sama tinggi kepada kesaksian para ulama dan
dengan kesaksian para malaikat tentang kebenaran keesaan-Nya, bahkan
menggabungkan kesaksian para ulama kepada kesaksian-Nya!
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran 18).
“Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan
Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu,
dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab". (Ar-Ra’d 43).
Dan untuk mengetahui betapa tinggi penilaian agama Islam terhadap ilmu
pengetahuan, terhadap ulamanya, terhadap pengajaranya dan terhadap penuntutnya,
maka dapat dibuktikan dengan beberapa hadits Rasulullah saw. sebagai berikut:
من سلك طريقا يطلب فيه علما سهّل الله
له طريقا إلى الجنّة، وإنّ الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما يصنع، وإنّ العلماء
ورثة الانبياء، وإنّ الانبياء لم يورّثوا دينارا ولا درهما وإنّماورّثوا العلم فمن
أخذه أخذ بحظّ وافر. (رواه الترمذى)
“Barangsiapa melalui jalan untuk menuntut ilmu, Allah menggampangkan
baginya jalan ke syurga, dan bahwa para malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi
orang yang menuntut ilmu sebagai tanda rela dan simpati bagi orang itu. Dan
bahwa para ulama itu adalah pewaris para nabi, karena pada nabi tidak
mewariskan harta, tetapi mewariskan ilmu, maka barangsiapa menangkapnya
hendaklah menangkap bahagian yang banyak.” (rw. Attermidzi).
من خرج ليطلب بابا من العلم فهو فى سبيل
الله حتّى يرجع. (رواه الترمذى
“barangsiapa keluar mencari ilmu maka selama ia belum kembali, ia
berkedudukan sebagai seorang mijahid di jalan Allah.” (rw. Attermidzi).
إنّ الله وملائكته وأهل السموات والارض
حتّى النّملة فى حجرها وحّى الحوت ليصلّون على معلّم النّاس الخير. (رواه الترمذى)
“Sesunggunya Allah swt., para malaikat-Nya dan para penghuni langit dan
bumi, sampai-sampai semut di dalam lobangnya dan ikan (di laut) sama-sama
bershalawat (berdo’a) bagi orang yang mengajar kebaikan kepada sesama manusia.”
Rw. Attermidzi).
رحم الله خلفائ، قالت الصّحابة: ألسنا
خلفاءك يارسل الله؟ قال: أنتم أصحابى، وإنّما خلفائ الّذين يأتون بعدى يتعلّمون سنّتى
وعلّمو نها النّاس نضّرالله امرءا سمع مقالتى فوعاها ثّ أدّا هاكما سمعها فربّ مبّلغ
أوعى من سامع.
“Bersabda Rasulullah: “Semoga Allah memberi rahmat kepada khalifah-khalifahku”.
Lalu bertanya para sahabat: “Bukankah kita semua adalah khalifah-khalifahmu, ya
Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Kamu adalah sahabat-sahabatku sedang
khalifah-khalifahku adalah mereka yang datang sesudah aku, mempelajari sunnatku
dan mengajarkannya kepada orang lain.”
“Semoga Allah memberi cahaya bagi orang yang telah mendengar ceritaku dan
mengingatnya kemudian menyampaikannya kepada orang lain tepat sebagaimana ia
telah mendengarnya dari aku. Karena kadang kala orang yang ditabligi
(dida’wahi) lebih ingat dan teliti daripada orang yang mendengarnya langsung.”
Menjadi tabi’at seorang mu’min bahwa ia akan selalu mengejar ilmu dan
menambah pengetahuannya, dan ia tidak akan berhenti selama ada kesempatan
belajar dan menambah pengetahuan, ia seakan-akan orang serakah yang tidak akan
pernah kenyang.
Bersabda Rasulullah saw.:
لن يشبع مؤمن من خير حتّى يكون منتهاه
الجنّة.
“Seorang mu’min tidak akan berhenti mendengar pelajaran yang baik sampai
mencapai akhir hayatnya di syurga.” (rw. Attermidzi).
Islam mendorong dan menganjurkan para penganutnya mencari ilmu dan menuntut
pengetahuan, karena dengan ilmulah orang dapat membedakan antara haq dan
bathil, antara kebajikan dan kejahatan, antara yang salah daripada yang benar,
antara hidayah dan sesat, antara baik dan jelek, antara yang bermanfaat dan
yang madharat. Dan ilmu itu bagi akal manusia umpama cahaya bagi mata, yang tanpa
cahaya itu mata menjadi buta.
Harga diri seseorang dan tingkat kedudukannya dalam suatu pergaulan hidup
ditentukan oleh seberapa jauh ia menguasai ilmu dan memiliki pengetahuan.
Demikian pula tingkat kemajuan sesuatu umat di segala bidang ditentukan oleh
tingkat kecerdasan umat itu dan sejauh mana para warganya memiliki pengetahuan.
Dengan ilmulah sesuatu umat bisa meningkatkan taraf hidupnya, memakmurkan
rakyatnya dan menyusun kekuatannya.