BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Industri tempe merupakan industri rakyat, yang sampai saat ini masih banyak
yang berbentuk usaha rumahan atau industri rumah tangga. Walaupun sebagai
industri rumah tangga dengan modal kecil, industri ini memberikan sumbangan perekonomian
negara dan menyerap banyak tenaga kerja. Namun pada sisi lain dihasilkan limbah
cair yang sangat merusak lingkungan.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tempe merupakan limbah organik
yang degradable atau mudah diuraikan oleh mikroorganisme secara alamiah. Namun
karena sebagian besar pemrakarsa yang bergerak dalam industri tempe adalah
orang-orang yang hanya mempunyai modal terbatas, maka perhatian terhadap
pengolahan limbah industri tersebut sangat kecil, dan bahkan ada beberapa industri
tempe yang tidak mengolah limbahnya sama sekali dan langsung dibuang ke
lingkungan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan harus mendapat perhatian
yang serius.
Pengolahan limbah cair industri tempe sampai saat sekarang kebanyakan hanya
menampung limbah cair kemudian didiamkan beberapa saat lalu dibuang ke sungai.
Cara ini memerlukan kapasitas penampungan limbah cair yang sangat besar.
Terlebih lagi apabila kapasitas industri tempe cukup besar, maka dihasilkan
limbah cair industri tempe yang sangat banyak.
Penguaraian polutan (Zat atau bahan yang dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan baik (Pencemaran Udara, Tanah,
Air, dsb) tersebut dilakukan oleh mikroorganisme
yang tidak memerlukan oksigen bebas atau anaerob (tanpa oksigen). Memang hal
tersebut dapat berjalan walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Supaya
proses pengolahan dapat berjalan lebih efektif, maka perlu dicari kondisi yang
paling baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat hidup dengan baik pada kondisi pH limbah cair sekitar
7 atau pada keadaan normal. Limbah cair industri tempe bersifat asam sehingga
sebelum diolah perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan kapur agar kerja
mikroorganisme berlangsung dengan baik. Mengingat waktu yang cukup panjang
dalam proses pengolahan limbah cair tempe secara anaerob (tanpa oksigen), maka
perlu dicari jalan ke luar untuk mendapatkan proses yang singkat namun biayanya
tetap murah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana cara pembuatan
tempe di tempat Ibu Isnayati di desa Tumpang Krasak Rt: /
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus ?
2.
Bagaimana cara
memanfaatkan limbah tempe di tempat Ibu Isnayati di desa Tumpang Krasak
Rt: /
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus ?
C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah yang di paparkan,
maka dapat disimpulkanbahwa tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui cara
pembuatan tempe di tempat Ibu Isnayati di desa Tumpang Krasak Rt: /
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
2.
Untuk mengetahui cara
memanfaatkan limbah tempe menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat
setempat .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat bagi penulis :
1.
Memberikan pengetahuan
kepada kita tentang cara pengolahan tempe yang baik.
2.
Memberikan kontribusi
pada kita semua akan pentingnya pemanfaatan limbah tempe
E. Ruang Lingkup Penelitian
Karya tulis ini membahas “Proses Pembuatan Tempe di tempat Ibu Isnayati
di desa Tumpang Krasak Rt: / Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. Sasaran
permasalahan yang diangkat yaitu berlandaskan pada ruang lingkup home industri
tempe di tempat Ibu Isnayati di desa Tumpang Krasak Rt: /
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
F. Sumber Data
Kami melakukan pengamatan di rumah industri milik Ibu Isnayati di desa Tumpang
Krasak Rt: / Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
G. Metode dan Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini kami menggunakan metode deskriptif yaitu
cara pengumpulan data dengan berdasarkan observasi dan wawancara.
tenik observasi yaitu
teknik yang digunakan dengan cara tinjauan langsung ke objek yang akan diteliti.
Dan teknik wawancara yaitu percakapan antara dua orang
atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Bahan
Baku Tempe
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe terdiri dari
kedelai, ragi, air dan asam cuka. Kedelai merupakan bahan utama pembuatan tempe.
Sedangkan air sebagai bahan pembantu, semua tahapan pembuatan membutuhkan air
dari proses perendaman, pencucian, pengilingan, pemasakan, maupun perendaman
ketika sudah jadi. Mengingat begitu banyak proses yang akan digunakan dakam
pembuatan tempe, jumlah air yang dibutuhkan tentunya juga banyak dan biasanya
air tanah dipilih untuk proses pembuatannya. Bahan lain yang digunakan adalah
asam cuka. Asam cuka berfungsi untuk mengendapkan atau memisahkan air dengan
konsentrat. Asam cuka mengandung cuka serta garam sehingga memiliki sifat yang
asam. Asam cuka tadi dapat digunakan secara berulang–ulang.
Proses pengolahan kedelai menjadi tempe pada umumnya merupakan
proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang
biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Tabel 1. Komposisi
Kedelai per 100 gram Bahan
KOMPONEN
|
KADAR (%)
|
Protein
|
35-45
|
Lemak
|
18-32
|
Karbohidrat
|
12-30
|
Air
|
7
|
Tabel 2. Perbandingan antara kadar protein kedelai dengan beberapa bahan
makanan lain
BAHAN MAKANAN
|
PROTEIN (% BERAT)
|
Susu skim kering
|
36,00
|
Kedelai
|
35,00
|
Kacang hijau
|
22,00
|
Daging
|
19,00
|
Ikan segar
|
17,00
|
Telur ayam
|
13,00
|
Jagung
|
9,20
|
Beras
|
6,80
|
Tepung singkong
|
1,10
|
Dasar pembuatan tahu
adalah melarutkan protein yang terkandung dalam
kedelai dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Setelah protein tersebut
larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan pengendap
sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu. Salah satu
cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai sebelum dimasak,
sehingga cairan tahu terpisah dari ampasnya.
B. Fermentasi
Proses fermentasi makanan terutama
pada proses pembuatan tahu sangat diperlukan sekali untuk pembuatan tahu. Selain
itu fermentasi tidak hanya berfungsi untuk mengawetkan makanan tetapi juga
berfungsi untuk menghasilkan senyawa yang sangat berguna termasuk berfungsi dalam pembuatan pembasmi serangga, bahan campuran parfum dan
kosmetik, serta pengawet. proses fermentsi pada makanan
yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tahu.
C. Bahan Pembantu Pembuatan Tempe
Bahan baku untuk membuat tempe kualitas
tinggi adalah kedele putih berbiji besar-besar. Selain itu diperlukan juga asam
cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari kedele agar dapat
menggumpal menjadi tempe. Selain asam cuka dapat juga di pakai batu tempe (CaSo4)
atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.
Dari keseluruhan proses produksi tempe air
bersih amat penting, baik untuk mencuci, merendam maupun untuk membuat sari
kedele. Kalau pengrajin ingin membuat tempe kuning perlu menambah kunyit yang
telah diparut dan diperas.
Untuk menambah rasa asin, misalnya dapat
menambah garam, untuk menambah rasa wangi sari kedele dicampur dengan bubuk
ketumbar, jintan, kapolugo, cengkeh, pala atau bahan-bahan dari ramu-ramuan
lain. Pengrajin dapat pula membeli bubuk wangi buatan, misalnya bubuk buatan
Cina.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Proses Pembuatan Tempe
Untuk membuat tempe diperlukan beberapa alat dan bahan sebagai berikut:
1.
Ember besar
Ember besar yang digunakan yaitu ember
yang berkapasitas 50 liter.
2.
Tampah (nyiru)
Tampah yang digunakan yaitu tampah yang
berukuran 60 x 60 cm.
3.
Kain Saring
Kain yang digunakan adalah kain yang
berukuran 1,8 meter
4.
Cetakan
Cetakan terbuat dari kayu papan yang
berukuran 50 x 60 cm.
5.
Bak atau Drum
Dum yang digunakan adalah drum bekas oli
yang memiliki kapasitas 200 liter.
6.
Rak bambu
Rak bambu yang digunakan berukuran 1 x 2
meter.
7.
Kompor atau tungku bakar
Tunggu bakar ini menggunakan bahan kayu
bakar yang lebih murah dibandingkan minyak tanah ataupun gas.
8.
Mesin penggiling
Mesin Khusus yang berbahan bakar bensin
atau solar.
Bahan yang di gunakan : Kedelai
lokal, air secukupnya, kunir, garam, asam cuka(CaSO4) sebagai
penggumpal tempe.
Adapun proses pembuatan tempe adalah
sebagai berikut :
1.
Kedelai dipilih dengan penampi
untuk memilih biji kedelai besar. Kemudian di cuci serta direndam dalam air besar selama 6 jam.
Tujuannya agar kedelai lebih lentur sehingga mudah digiling .
2.
Setelah di rendam di cuci kembali sekitar 1/2
jam
3.
Setelah di cuci bersih
kedelai di bagi-bagi diletakkan dalam ebleg terbuat dari bambu atau plastik.
4.
Selanjutnya kedele
giling sampai halus, dan butir kedele mengalir dengan sendirinya kedalam tong
penampung.
5.
Selesai digiling
langsung direbus selama 15 – 20 menit menggunakan wajan dengan ukuran yang 4 x
6 cm. Jarak waktu antara selesai digiling dan dimasak jangan lebih dari 5 – 10
menit, supaya kualitas tahu menjadi baik.
6.
Selesai di masak bubur
kedele diangkat dari wajan ke bak/tong untuk disaring menggunakan kain belacu
atau mori kasar yang telah di letakkan pada sangkar bambu. Agar bubur dapat di
saring sekuat-kuatnya diletakkan sebuah papan kayu pada kain itu lalu ada satu
orang naik di atasnya dan menggoyang-goyang, supaya terperas semua air yang
masih ada pada bubur kedele. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Kalau
perlu ampas tahu diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung
sari lagi. Pekerjaan penyaringan di lakukan berkali-kali hingga bubur kedele
habis.
7.
Air sampingan yang
tertampung dalam tong warna adalah bahan yang akan menjadi tahu. Air saringan
di campur dengan asam cuka untuk menggumpalkan. Sebagai tambahan asam cuka
dapat juga air kelapa atau cairan whey (air sari tahu bila tahu telah
menggumpal) yang telah di eramkan maupun bubuk batu tahu (sulfat kapur)
8.
Gumpalan atau jonjot
putih yang mulai mengendap itulah yang nanti sesudah di cetak menjadi tempe.
Air asam yang masih ada dipisahkan dari jonjot-jonjot tempe
dan disimpan, sebab air asam cuka masih dapat digunakan lagi. Endapan tahu
dituangkan dalam kotak ukuran misalnya 50 x 60 cm dan sebagai alasnya di
hamparkan kain belacu. Adonan tahu kotak dikempa, sehingga air yang masih
tercampur dalam adonan tahu itu terperas habis. Pengempaan dilakukan sekitar 1
menit, adonan tempe terbentuk kotak, yang sudah padat, di potong-potong,
misalnya dengan ukuran 6 x 4 cm oleh karyawan Ibu Isnayati.
9.
Masukkan tahu yang sudah
di potong-potong tadi ke dalam kaleng minyak yang berisi air.
10. Tempe siap di jual atau dipasarkan.
B. Manfaat Limbah Tahu
Limbah Tahu menjadi
makanan hewan ternak.
Berdasarkan studi lapangan ,sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh
industri pembuatan tahu di Pedawang adalah ampas tahu. Ampas tahu tersebut di
kumpulkan di dalam karung lalu di jual dengan harga Rp 10.000,00 per karung.
Sedangkan limbah cair yang di hasilkan di buang begitu saja di sungai tanpa
di olah terlebih dahulu sehingga menyebabkan bau busuk di sekitar home industry
itu.
Namun ada
juga di perusahaan lain yang memanfaatkan limbah
cair tersebut sebagai biogas.Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak
maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari
limbah cair. Biogas sebenarnyaadalah gas metana (CH4). Gas
metanabersifattidakberbau, tidakberwarnadansangatmudahterbakar.
Proses dekomposisilimbahcairmenjadi biogas
memerlukanwaktusekitar 8-10 hari. Proses
dekomposisimelibatkanbeberapamikroorganismebaikbakterimaupunjamur, antara lain:
1.
Bakteri selulolitik
Bakteri
selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang
dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada
proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan
panas, sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida,
etanol dan panas.
2.
Bakteri pembentuk asam
Bakteri
pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam butirat,
propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks
seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang
anaerob. Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas
atau sering disebut tahap asidogenik.
3.
Bakteri pembentuk metana
Golongan bakteri
ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini
disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh
terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik
Penelitian
diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengolahan
limbah cair tahu dan tempe menjadi biogas melalui teknologi alternatif
bioproses. Penelitian diharapkan juga memberi masukan kepada para pelaku
industri tahu dan tempe sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan limbah
cair yang dihasilkannya sehingga pencemaran limbah cair organik yang dihasilkan
dapat dikurangi..
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah
kami lakukan dan analisis yang telah saya buat, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Proses produksi pembuatan tahu dilakukan beberapa tahap yaitu
mulai dari pemilihan kedelai, pencucian , perendaman, penggilingan, perebusan,
penyaringan, kemudian di tambahkan asam cuka agar bisa menggumpal, setelah
menggumpal yaitu proses pencetakan.
Proses produksi tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan
limbah padat. Limbah padat dapat dimanfaatkan menjadi makanan ternak, sedangkan
limbah cair tahu dapat dimanfaatkan menjadi biogas, tetapi banyak pengusaha
tahu yang belum memanfaatkan limbah cair tahu dan membuangnya ke sungai begitu
saja.
2.
Di home industriyang
terdapat di PedawangRt 04 / Rw 02 belum mengetahui cara memanfaatkan limbah
cair menjadi biogas sehingga limbah cairnya di buang begitu saja di sungai.
Walaupun hasilnya tidak seberapa, tetapi pemanfaatan limbah padat tahuini
telah menyelesaikan masalah para pengrajin tahu yang kebingungan membuang
limbah padat tahu yang dapat mencemari lingkungan.
B. Saran
1.
Sebaiknya Limbah tahu
cair tidak dibuang sembarangan karena dapat mencemari lingkungan sekitar.
2.
Sebaiknya limbah tahu
cair dimanfaatkan sehingga dapat meringankan beban hidup dengan
mensubstitusikan biogas dengan gas LPG.
3.
Sebaiknya pada setiap
daerah penghasil tahu, diadakan penyuluhan sehingga masyarakat khususnya pemilik
industri tahu dapat mengetahui pemanfaatan limbah tahu.