Yang namanya buka
puasa bersama seolah-olah sudah jadi tradisi buat sebagian besar orang di
negeri ini (entah di luar negeri) tiap kali Ramadhan. Kayaknya, sih, mulai dari
minggu kedua, undangan-undangan buat buka puasa bersama itu mulai berdatangan.
Mulai dari buka bersama angkatan, buka bersama kelas, buka bersama alumni SMA,
alumni SMP, alumni SD, bahkan mungkin alumni TK. Dan segala macam komunitas
yang pernah diikuti, barangkali bakalan mengajak buka bersama. Kebayang kalau
ikut 30 komunitas dan semuanya ngajak buka bersama.
Nggak selalu berlaku, sih. Misalnya buat mahasiswa rantau
berkantong cekak. Tiap hari memang buka bersama, baik gerilya maupun menetap.
Tapi di masjid, yang memang menyediakan makanan buat buka puasa bagi jamaahnya.
Gratis. Intinya, nyari yang gratisan. Ngirit, lah, hehe. Sampai-sampai nggak
menerima undangan buka bersama dari komunitas lain dengan alasan ngirit
tersebut. Biasalah, kalau buka bersama bareng komunitas biasanya bakalan keluar
uang lumayan buat sekali makan doang.
Apalagi, ada masalah fatal yang seringkali nggak diperhatikan
oleh komunitas yang mengadakan buka puasa bersama ini: Shalat. Coba saja
bayangkan. Habis adzan Maghrib, orang-orang berbuka, makan, minum,
ngobrol-ngobrol, cekakak-cekikik kayak kuntilanak kesorean, selfie-selfiean,
narsis-narsisan, terus saja begitu sampai waktu Maghrib lewat. Tahu-tahu sudah
adzan Isya, dan nggak ada yang sama sekali kaget karena itu. Seolah-olah
melewatkan shalat Maghrib itu sangat normal buat mereka.
Jangan dulu ngomong soal tarawih, yang memang pada dasarnya
nggak wajib. Shalat Isya, yang dimana-mana wajib dilakukan sebelum beranjak ke
tarawih, bablas juga. Dua shalat wajib, Maghrib dan Isya, kelewat begitu saja,
gara-gara asyik dengan yang mereka sebut ‘buka bersama’. Barangkali pas Subuh
juga kelewat, gara-gara habis sahur kekenyangan dan tidur sampai jam 8 pagi.
Ini soal kebiasaan, sebenarnya. Orang yang sehari-harinya
memang nggak pernah shalat, malas-malasan buat shalat, tentunya nggak akan
merasa aneh dengan terlewatnya dua shalat wajib ketika acara ‘buka bersama’
itu. Gampang ditebak bahwa komunitas yang ketika buka bersama-nya melewatkan
shalat wajib itu dengan sangat enteng, para pesertanya juga rata-rata nggak
pernah shalat sehari-harinya. Minimal menganggap remeh shalat, lah. Puasa tapi
nggak shalat, duh…
Kalau kondisinya begitu, buka puasa bersama-nya malah bakalan
jadi maksiat bersama, dosa bersama. Soalnya semuanya sama-sama meninggalkan
kewajiban—yang melaksanakannya pun sebenarnya nggak susah-susah amat—buat
sesuatu yang secara filosofis dan teknis nggak lebih penting daripada shalat.
Padahal ini bulan Ramadhan, bulan yang harusnya jadi ladang
untuk meningkatkan amal shalih karena ganjarannya yang dibikin jauh lebih
berlipat daripada diskon lebaran di Ramayana. Minimal jadi turning point, dari
yang awalnya malas ibadah sama sekali jadi seenggaknya melaksanakan
kewajiban-kewajiban yang fardhu ‘ain. Ini malah kebiasaan maksiat
sehari-hari, meninggalkan shalat, dipiara juga. Terus apa esensi puasa yang
dilakukannya seharian itu? Dan selama sebulan kelak? Nggak ada. Puasa nggak
menjadikannya lebih bertakwa, puasanya cuma dapat lapar dan haus saja.
Padahal sudah jelas mafhum bahwa meninggalkan shalat
itu dosa besar yang ancamannya nggak tanggung-tanggung: neraka. Bahkan, dalam
beberapa kondisi, para ulama menyatakan bahwa meninggalkan shalat bisa berujung
pada kekafiran seseorang! Dan menunaikan kewajiban puasa sama sekali nggak
menghapuskan kewajiban shalat ini. Fardhu ‘ain ya fardhu ‘ain,
tetap wajib dikerjakan.
Puasa Ramadhan itu wajib. Shalat lima waktu juga wajib.
Kerjakan semuanya, jangan pilah-pilih. Mengerjakan puasa tapi meninggalkan
shalat wajib, termasuk waktu ‘buka bersama’, menunjukkan bahwa puasanya itu
sekadar formalitas. Nggak ada perubahan, nggak dapat esensi apa-apa dari
puasanya itu. Puasanya nggak berguna untuk menjadikan mereka pribadi yang lebih
bertakwa, yang mendekatkan diri pada surga dan menjauhkan diri dari neraka
abadi. Sebagaimana dikatakan Nabi, cuma dapat lapar dan haus doang. Nggak
lebih. Sah mungkin sah, tapi pahalanya? Well…
Buat
yang masih sering begitu, sebaiknya segera diubah. Kebiasaan jelek jangan
dipiara, ntar dicemplungin neraka gara-gara itu baru tahu rasa. Tahu diri
dengan kewajiban lain yang mau nggak mau harus dikerjakan. Jadi muslim jangan
pilih-pilih kewajiban.
Apa artinya buka puasa bersama itu nggak boleh? Nggak,
silakan saja kalau mau buka puasa bersama. Nggak ada larangannya. Tapi tolong
perhatikan soal apa yang kalian lakukan selama buka bersama itu. Jangan
sampai ‘buka bersama’ tapi lalai akan shalat (apalagi dicampur ikhtilat nggak
karuan), itu celaka. Aturlah yang baik, supaya buka puasa bersama yang
dilakukan itu benar-benar berkah, bukannya jadi dosa berjamaah.